Sukses

Membedah Ngombe STMJ dan Jalan Pj Wali Kota Malang Wahyu Hidayat Maju Pilkada 2024

DPRD Kota Malang menilai kegiatan Ngombe STMJ yang didanai APBD rentan dipolitasasi Pj Wali Kota Malang yang sudah mengajukan pengunduran diri untuk maju dalam Pilkada Serentak 2024

Liputan6.com, Malang - Wahyu Hidayat sudah mengajukan surat pengunduran diri sebagai Pj Wali Kota Malang ke Menteri Dalam Negeri (Mendagri) untuk maju dalam Pilkada Kota Malang 2024. Tapi dia masih tetap bekerja sampai ada kepastian pejabat penggantinya.

"Itu surat pengajuan, tinggal menunggu keputusan dari Mendagri. Kalau tidak disetujui, saya tetap menjadi Pj Wali Kota. Kalau disetujui maka diganti pejabat baru," kata Wahyu Hidayat, Pj Wali Kota Malang, Kamis, 18 Juli 2024.

Dia mengeklaim semula tak ada pikiran ikut berkontestasi. Tapi banyaknya dorongan dari masyarakat dan komunitas, membuat dia mempertimbangkan ulang. Lalu memutuskan maju dan mengajukan pengunduran diri.

“Ada partai politik yang mendekati, tapi belum ambil keputusan. Nanti kalau sudah ada keputusan dari Mendagri (persetujuan pengajuan pengunduran diri) baru saya putuskan lewat partai mana. Kalau sekarang ya masih jadi Pj Wali Kota,” urainya.

Wahyu Hidayat sebelumnya menjabat Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Malang. Dilantik menjadi Pj Wali Kota Malang pada Minggu, 24 September 2023. Dia lalu rajin turun menghadiri kegiatan maupun kunjungan ke sejumlah wilayah.

Dalam setiap pidato sambutannya, Wahyu selalu berpantun dan menggaungkan jargon Mbois Ilakes yang dapat berarti keren sekali. Salah satu kegiatan yang dijalankannya pada Januari 2024 adalah Ngobrol Mbois Ilakes atau Ngombe setiap Selasa untuk menyerap aspirasi masyarakat.

Sejak 21 Juni dipadukan Senam Tahes Mbois Jumat, menjadi Ngombe STMJ rutin tiap Jumat. Titik lokasinya langsung ke warga maupun menyasar komunitas. Disertai agenda pembagian bantuan sosial (bansos) dan kerap menggandeng Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Malang.

Di setiap acara itu dan sejumlah kegiatan lainnya selalu mengenakan kaos bergambar Wahyu Hidayat disertai tulisan Pak Mbois. Pembedanya pada tagline kaos, menyesuaikan konteks kegiatan. Pembiayannya jadi tanggungjawab lintas Organisasi perangkat daerah (OPD) Pemkot.

Pada awal Juli, bermunculan banner wajah Pj Wali Kota Malang di berbagai titik lokasi. Wahyu Hidayat ketika itu tegas membantah banner bukan dipasang Pemkot dan tidak dibiayai APBD Kota Malang maupun dari kantong pribadinya.

Meski tak diketahui siapa pemasangnya dan tak memiliki izin pemasangan, banner itu tidak ditertibkan. Sebab isinya dianggap bukan iklan komersial dan mendukung program Pemkot Malang.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Bantah untuk Persiapan Maju Pilkada

Wahyu Hidayat membantah bila program Ngombe STMJ dan berbagai kunjungan kerja itu merupakan salah satu strategi yang disiapkan menuju Pilkada 2024 untuk mendongkrak popularitas dan elektabilitasnya.

“Itu program lama untuk serap aspirasi masyarakat dan efektif sekali. Kita lihat sebelumnya ada misskomunikasi antara masyarakat dan Pemkot, sekarang sudah bisa teratasi,” kata dia.

Lewat kegiatan Ngombe STMJ itu bisa meluruskan missinformasi masyarakat terhadap beberapa program Pemkot Malang. Sekaligus menyosialisasikan agenda Pemkot dan mendengar keluhan warga. Indikator keberhasilannya, kata dia, bisa langsung ditanyakan ke masyarakat.

“Banyak perbaikan dan itu bisa ditanyakan langsung ke masyarakat bagaimana responnya,” ujar Wahyu.

Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Malang, Erik Setyo Santoso, mengatakan Ngombe STMJ merupakan kegiatan lintas OPD bagian dari Gerakan Tahes Mbois, program Dinas Pemuda dan Olahraga yang dicanangkan Pj Wali Kota pada pertengahan April 2024 lalu.

Dia menyebut ada juga kegiatan lainnya seperti sepeda dan jalan sehat mbois. Pengadaan kaos menjadi tanggunggjawab masing-masing OPD pelaksana kegiatan sebagai bagian dari kelengkapan acara.

“Wajah pak wali di kaos itu sebagai representasi dan simbol dari Pemerintah Daerah. Kan lucu kalau gambar kaos wajah kepala OPD, etika birokrasinya tidak masuk,” ucap dia.

Menurut Erik, saat Sutiaji menjabat Wali Kota Malang periode 2018-2023, dibangun aplikasi Sambat Online sebagai kanal menampung aspirasi dan keluhan warga. Sedangkan cara Pj Wali Kota Malang Wahyu Hidayat menampung aspirasi lewat kegiatan Ngombe STMJ.

“Ekspektasi masyarakat sekarang ini tinggi, tidak lega secara digital saja. Kalau ketemu langsung kan bisa guyon, lihat ekspresi, gestur sungguhan atau tidak, jawabnya dengan hati atau tidak,” urainya.

Terkait semakin meningkatkan keterlibatan Baznas Kota Malang di setiap kegiatan itu, Erik menyebut penyaluran bansos tidak melihat waktu atau momen tertentu. Selama ada pengajuan dan hasil verifikasi menyatakan layak dibantu maka bantuan diserahkan.

“Data (penerima bantuan) di luar data pemkot. Itu sekaligus jadi identifikasi lapangan dari Baznas dan Bagian Kesejahteraan Rakyat Pemkot,” katanya.

3 dari 3 halaman

Disorot DPRD

Sementara itu, legislator punya penilaian berbeda. Mereka membaca gerak-gerik Pj Wali Kota, Wahyu Hidayat itu sebagai ancang-ancang maju Pilkada 2024. Cara itu dianggap tidak fair, rentan penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan.

Ketua DPRD Kota Malang, I Made Riandiana Kartika, bahkan menyindir secara terbuka ketika Rapat Paripurna Pembahasan KUA PPAS APBD Perubahan 2024 pada Rabu, 17 Juli kemarin. Saat menutup rapat, Made meminta maaf karena mengganggu kegiatan kampanye Wahyu Hidayat.

“Karena sudah jelas arahnya, Pj Wali Kota ini akan running pilkada. Itu tidak bisa dibantah,” kata Made usai paripurna.

Sejak jauh hari dia getol menyarankan Wahyu Hidayat agar segera mengajukan pengunduran diri sebagai Pj Wali Kota ke Mendagri. Agar bisa fokus Pilkada dan tak mencampuradukkan kegiatan politik dengan program pelayanan ke masyarakat.

“Kita tidak bisa melarang hak politik seseorang. Tapi tidak boleh ada politisasi kegiatan masyarakat,” ucap Made.

Dia menyebut DPRD akan lebih meningkatkan lagi fungsi pengawasan. Memelototi kinerja setiap dinas beserta penggunaan APBD. Seperti detil anggaran setiap OPD pelaksana kegiatan Ngombe STMJ agar tidak ada penyelewengan.

“Kalau kami sudah menerima tembusan surat pengajuan pengunduran diri Pj Wali Kota dari Mendagri, segera dijadwalkan memanggil dinas. Kalau tidak ada dalam plafon anggaran, ya kita laporkan (ke penegak hukum) saja,” ucap Made.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.