Sukses

Anak Berkebutuhan Khusus di Sidoarjo Dicabuli Tetangga, Ancaman 15 Tahun Penjara Menanti

Pada Jumat, 9 Agustus 2024 sekira pukul 18.30 WIB saat korban tidur merintih kesakitan, kemudian besok paginya saat korban buang air kecil korban merasa kesakitan dan tidak mau mandi.

Liputan6.com, Sidoarjo - Peristiwa pencabulan terhadap anak kembali terjadi, kali ini terjadi di Sidoarjo, Jawa Timur. Korban merupakan anak berkebutuhan khusus (ABK).

Petugas Kepolisian Resor Kota Sidoarjo, Jawa Timur menangkap seorang pelaku berinisial SW yang diduga sebagai pelaku pencabulan ABK di wilayah hukum setempat.

Kapolresta Sidoarjo Kombes. Pol. Christian Tobing mengatakan perbuatan tersebut diduga dilakukan pelaku di sebuah ruko wilayah Candi, Sidoarjo, pada awal Agustus 2024.

"Peristiwa tersebut dapat terungkap bermula pada Kamis, 8 Agustus 2024 sekira pukul 19.00 WIB ibu korban melihat celana dalam korban ada bercak darah. Kemudian ibu korban bertanya kepada korban, namun korban tidak mau cerita tetapi seperti orang kesakitan," kata dia, di Sidoarjo, Senin (26/8/2024). 

Ia mengatakan, pada Jumat, 9 Agustus 2024 sekira pukul 18.30 WIB saat korban tidur merintih kesakitan, kemudian besok paginya saat korban buang air kecil korban merasa kesakitan dan tidak mau mandi.

Karena curiga putrinya menjadi korban perbuatan cabul, kata dia, selanjutnya ibu korban mengajak putrinya yang berkebutuhan khusus mendatangi Polresta Sidoarjo untuk melaporkan apa yang dialaminya.

"Korban yang dalam kondisi tuna netra masih dapat mengenali suara pelaku yakni mengarah pada SW tetangganya di komplek ruko," kata dia.

 

2 dari 2 halaman

Korban Diberi Uang dan Permen

Korban mengaku diancam pelaku untuk tidak menceritakan kejadian yang dialaminya kepada siapapun. Selain itu, korban diberi sejumlah uang dan permen.

Dari hasil pemeriksaan korban maupun saksi, hasil visum dan alat bukti dan selanjutnya pada 15 Agustus 2024 pelaku cabul terhadap korban yakni SW berhasil ditangkap polisi dan dilakukan penahanan di Polresta Sidoarjo.

"Pelaku dikenakan Pasal 82 UU RI No. 17 tahun 2016 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang No. 1 tahun 2016 tentang perubahan kedua atas UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan anak. Ancaman hukumannya paling lama 15 tahun penjara," katanya.