Sukses

Pengertian

Abses gusi juga dikenal dengan istilah abses gingiva. Secara umum, abses adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Infeksi bakteri ini menyebabkan peradangan dan membentuk suatu rongga di gusi yang berisi pus atau nanah.

Abses macam ini sebetulnya bisa terjadi di seluruh organ tubuh. Mulai dari rongga mulut, vagina, ketiak, anus sampai ke tulang punggung. Sedangkan abses gusi adalah salah satu dari lima jenis abses yang disebabkan oleh gigi. Jenis abses lainnya adalah abses periapikal dan abses di dalam gigi itu sendiri.

Abses gusi terletak mulai dari bawah garis gusi dan membentuk sebuah benjolan.

Penyebab

Ada banyak hal yang dapat menyebabkan terjadinya abses gusi. Beberapa di antaranya karena adanya infeksi bakteri yang berasal dari gigi berlubang, menggosok gigi terlalu kencang, gigi patah, sisa makanan yang terselip di gusi atau pada keadaan gusi berdarah.

Selain itu, luka akibat kecelakaan bahkan tekanan bracket gigi yang berlebihan juga dapat menyebabkan abses gusi. Bahkan, menurut penelitian, kebiasaan anak-anak yang sering menggigit jari pun dapat menyebabkan abses gusi.

Gejala

Biasanya abses gusi akan menimbulkan sakit berdenyut pada area yang terinfeksi dan terasa sangat sensitif. Penderitanya akan mengalami berbagai keluhan mulai dari rasa sakit yang ringan, kemudian bertambah sakit, lalu berubah menjadi sakit yang hebat dalam waktu singkat. Gusi di sekitar gigi yang terinfeksi akan terlihat membengkak bahkan sampai area pipi.

Jika abses gusi tidak dirawat maka infeksi dapat menjalar hingga menembus ke bagian tulang rahang dan menimbulkan bengkak di sekitar jaringan tersebut. Pada tahap ini pasien akan terlihat mengalami pembengkakan pada wajahnya. Wajah akan terlihat asimetris dan akan terjadi pula pembengkakan kelenjar-kelenjar di daerah leher.

Infeksi terkadang juga bisa menyebar ke jaringan sekitarnya yang lebih luas. Hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan permanen pada jaringan di sekitar gigi tersebut.

Pada tahap yang berat, abses gusi bisa memicu timbulnya rasa mual, muntah, demam, dan kesulitan menelan. Gejala lain yang juga dapat menyertai adalah bau mulut dan mulut terasa tidak enak.

Diagnosis

Abses gusi bisa diketahui lewat pemeriksaan gigi dan mulut secara menyeluruh. Biasanya pasien abses gusi baru memeriksakan diri setelah abses yang dialaminya berada pada tahap menengah dan tak bisa diatasi dengan perawatan sederhana di rumah.

Lewat pemeriksaan lengkap dokter gigi dapat menentukan bila kondisi tersebut berpotensi untuk suatu yang lebih serius atau tidak. Selain itu juga bisa diketahui bila kondisi tersebut memerlukan suatu tindakan invasif atau hanya memerlukan terapi obat saja.

Perawatan

Abses gusi yang sangat ringan dapat diobati dengan mudah. Cukup dengan kompres es, pemberian obat antinyeri, dan bisa ditambah dengan berkumur air garam hangat. Bahkan pada beberapa kasus, abses gusi bisa pecah sendiri tanpa menimbulkan rasa sakit.

Abses gusi yang lebih berat dan sudah terjadi berulang kali memerlukan pengobatan dengan antibiotik dan obat antinyeri. Jika kondisi abses gusi memburuk, maka biasanya dokter akan merekomendasikan beberapa langkah penanganan.

Salah satunya adalah tindakan pengeluaran nanah dari abses. Langkah ini bisa dilakukan dengan pemberian suntikan anestesi yang dilakukan oleh dokter gigi.

Tindakan ini tidak disarankan untuk dilakukan sendiri di rumah karena alasan keamanan dan higienitas. Mencoba melakukan sendiri di rumah rentan menimbulkan kerusakan jaringan di sekitarnya dan membuat peradangan abses gusi bertambah berat.

Langkah lain yang bisa dilakukan dalam kondisi sangat berat adalah dengan pencabutan gigi yang terkena abses. Hal ini dimaksudkan agar infeksi tidak menjalar ke gigi lainnya dan juga sebagai akses pengeluaran nanah.

Pencegahan

Pada prinsipnya, cara terbaik untuk mengatasi abses adalah dengan mencegah terjadinya abses dari awal. Beberapa langkah berikut bisa Anda lakukan:

  • Lakukan pemeriksaan rutin dan pembersihan karang gigi ke dokter gigi setiap enam bulan sekali.
  • Terapkan kebiasaan sehat dengan menyikat gigi dua kali sehari. Hal ini akan mencegah sisa makanan menempel terlalu lama pada gigi maupun celah di antara gigi.
  • Bila menemukan suatu benjolan pada gusi yang tidak hilang dalam tiga hari, sebaiknya langsung periksakan ke dokter gigi. Jangan menunda hingga keadaan memburuk.