Sukses

Berita Terkini

Lihat Semua
Topik Terkait

    Pengertian

    Aneurisma serebral merupakan suatu kondisi di mana terdapat penonjolan pada pembuluh darah yang ada di otak. Tampilan dari kondisi ini umumnya dikatakan menyerupai buah beri yang bergantung pada tangkai.

    Aneurisma serebral dapat mengalami kebocoran atau pecah, yang disebut ruptur, yang kemudian dapat menyebabkan perdarahan di otak. Sering kali, aneurisma serebral yang mengalami ruptur dapat terjadi pada ruang di antara otak dan jaringan tipis yang menyelimuti otak. Jenis perdarahan ini disebut sebagai perdarahan subaraknoid.

    Namun, sebagian besar aneurisma serebral tidak mengalami ruptur atau menyebabkan gangguan kesehatan. Aneurisma tersebut umumnya terdeteksi pada saat melakukan pemeriksaan tertentu untuk kondisi kesehatan lainnya.

    Penanganan dari aneurisma serebral yang tidak ruptur dapat dilakukan pada sebagian kasus untuk mencegah terjadinya ruptur. Akan tetapi penting untuk dievaluasi lebih lanjut terlebih dahulu oleh dokter.

    Penyebab

    Penyebab dari aneurisma serebral belum diketahui secara pasti. Akan tetapi beberapa faktor diduga dapat meningkatkan risiko untuk mengalami kondisi tersebut. Sejumlah faktor diketahui dapat meningkatkan risiko terjadinya kelemahan pada dinding arteri serta terjadinya aneurisma serebral dan ruptur dari aneurisma tersebut.

    Aneurisma lebih sering terjadi pada orang dewasa dibandingkan dengan anak-anak. Selain itu, kondisi ini juga lebih sering diamati pada wanita dibandingkan dengan pria.

    Beberapa faktor risiko yang dikaitkan dengan aneurisma serebral adalah:

    • Berusia tua
    • Memiliki kebiasaan merokok
    • Memiliki tekanan darah tinggi atau hipertensi
    • Penggunaan obat-obatan terlarang, terutama kokain
    • Mengonsumsi alkohol dalam jumlah berlebih
    • Memiliki beberapa kondisi kesehatan tertentu, seperti kelainan jaringan ikat bawaan yang menyebabkan kelemahan pembuluh darah, penyakit ginjal polikistik, penyempitan aorta yang abnormal, serta malformasi arteri dan vena otak
    • Memiliki anggota keluarga dengan riwayat aneurisma serebral

    Gejala

    Umumnya, pada aneurisma serebral yang mengalami ruptur, nyeri kepala hebat merupakan salah satu gejala utama yang paling sering terjadi. Nyeri kepala tersebut sering kali dideskripsikan sebagai nyeri kepala terburuk yang pernah dirasakan.

    Tanda dan gejala dari aneurisma serebral yang mengalami ruptur mencakup:

    • Nyeri kepala yang sangat berat dan terjadi secara tiba-tiba
    • Mual dan muntah
    • Kekakuan pada leher
    • Pandangan buram atau ganda
    • Sensitivitas terhadap cahaya
    • Kejang
    • Kelopak mata yang terkulai
    • Penurunan kesadaran
    • Kebingungan

    Pada sebagian kasus, aneurisma yang mengalami kebocoran dapat menyebabkan gejala berupa nyeri kepala yang sangat berat dan terjadi secara tiba-tiba. Selain itu, juga dapat terjadi ruptur yang lebih berat pasca kebocoran yang tidak ditangani.

    Aneurisma yang tidak mengalami ruptur umumnya tidak menunjukkan gejala, terutama bila berukuran kecil. Namun, aneurisma yang tidak ruptur tetapi berukuran besar dapat menekan jaringan dan saraf pada otak, yang dapat menyebabkan beberapa tanda dan gejala, seperti:

    • Nyeri di atas atau di belakang salah satu mata
    • Dilatasi pupil mata
    • Perubahan pada daya lihat atau pandangan ganda
    • Rasa kebal pada satu sisi wajah

    Diagnosis

    Diagnosis dari aneurisma serebral umumnya ditentukan melalui wawancara medis yang mendetail, pemeriksaan fisik secara langsung, serta pemeriksaan penunjang tertentu.

    Jika seseorang mengalami nyeri kepala yang tiba-tiba dan sangat berat, atau gejala lain yang dapat dikaitkan dengan ruptur aneurisma, dapat dilakukan pemeriksaan atau rangkaian pemeriksaan. Tujuannya untuk menentukan apakah orang tersebut telah mengalami perdarahan pada ruang yang terdapat di antara otak dan jaringan sekitarnya, atau perdarahan pada lokasi lainnya.

    Bila tampak adanya perdarahan, dokter akan menentukan apabila hal tersebut disebabkan oleh aneurisma serebral yang mengalami ruptur. Pada penderita yang menunjukkan tanda dan gejala dari aneurisma yang tidak mengalami ruptur, seperti nyeri di belakang mata, perubahan daya lihat, atau pandangan ganda, juga dapat dilakukan beberapa pemeriksaan untuk mengidentifikasi adanya aneurisma.

    Beberapa pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan adalah:

    • Computerized tomography (CT). Pemeriksaan ini umumnya dapat dilakukan untuk melihat adanya perdarahan di otak. Saat dilakukan pemeriksaan ini, juga dapat dilakukan injeksi dari zat pewarna yang mempermudah observasi aliran darah di otak guna mengevaluasi adanya aneurisma. Variasi dari pemeriksaan CT ini disebut sebagai CT angiografi.
    • Pemeriksaan cairan serebrospinal. Pada penderita yang mengalami perdarahan subaraknoid, dapat tampak sel darah merah pada cairan yang menyelimuti otak dan saraf tulang belakang, yang disebut sebagai cairan serebrospinal.

    Dokter dapat meminta untuk dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinal apabila seseorang menunjukkan gejala ruptur aneurisma serebral, namun hasil pemeriksaan CT tidak menunjukkan adanya tanda-tanda perdarahan.

    • Magnetic resonance imaging (MRI). Pemeriksaan MRI menggunakan medan magnet dan gelombang radio untuk menghasilkan pencitraan otak yang detail. Salah satu jenis MRI yang dikhususkan untuk evaluasi pembuluh darah arteri secara detail, yang disebut MRI angiografi, dapat mendeteksi adanya aneurisma.
    • Angiogram serebral. Pada prosedur ini, yang juga dikenal dengan istilah arteriogram serebral, dilakukan pemasangan kateter yang tipis dan fleksibel melalui arteri besar, umumnya di paha dalam, yang ditujukan ke arteri yang terdapat di otak.

    Zat pewarna khusus dimasukkan ke dalam kateter untuk menuju arteri yang terdapat di otak. Pemeriksaan sinar X serial dapat dilakukan untuk melihat detail dari kondisi arteri serta mendeteksi adanya aneurisma.

    Pemeriksaan ini lebih invasif dibandingkan pemeriksaan lainnya. Umumnya dilakukan apabila pemeriksaan diagnostik lainnya belum dapat memberikan informasi yang adekuat.

    Penanganan

    Terdapat beberapa jenis penanganan untuk aneurisma serebral, di antaranya:

    • Pembedahan. Terdapat dua jenis pembedahan yang dapat dilakukan pada aneurisma serebral.

    Surgical clipping, merupakan prosedur untuk membuka sebagian dari tulang tengkorak kepala untuk mengevaluasi aneurisma serta meletakkan klip metal kecil pada lokasi aneurisma. Endovascular coiling, merupakan prosedur pemasangan kateter melalui arteri di paha yang ditujukan ke lokasi aneurisma dan diikuti oleh pemasangan wire platinum lunak untuk menutup aneurisma dari arteri.

    Kedua prosedur memiliki potensi risiko masing-masing. Oleh sebab itu sangat penting untuk mendiskusikan secara saksama dengan dokter terlebih dahulu.

    • Flow diverter. Teknik ini melibatkan pemasangan implan yang menyerupai stent, yang berfungsi mengalihkan aliran darah dari kantung aneurisma. Peralihan tersebut menghindarkan aliran darah ke lokasi aneurisma dan menstimulasi terjadinya rekonstruksi dari bentuk arteri.
    • Penanganan lain pada aneurisma yang mengalami ruptur. Penanganan lain yang dapat dilakukan pada aneurisma yang mengalami ruptur mencakup pengobatan anti-nyeri, pengobatan untuk mencegah kalsium masuk ke sel dan dinding pembuluh darah, pengobatan anti-kejang, pembedahan dengan teknik tertentu, dan beberapa jenis pengobatan dan prosedur lainnya.

    Menentukan penanganan pada aneurisma yang tidak mengalami ruptur memerlukan berbagai pertimbangan dan diskusi yang mendetail dengan dokter, guna membahas manfaat dan risikonya.

    Beberapa faktor yang umumnya menjadi pertimbangan dalam menentukan rekomendasi penanganan yang tepat adalah ukuran, lokasi, dan tampilan dari aneurisma, usia dan kesehatan secara keseluruhan, riwayat adanya aneurisma yang mengalami ruptur pada anggota keluarga, serta adanya penyakit bawaan yang dapat meningkatkan risiko terjadinya ruptur aneurisma.

    Pencegahan

    Pada penderita yang mengalami aneurisma serebral yang tidak ruptur, beberapa perubahan gaya hidup dapat diterapkan guna menurunkan risiko terjadinya ruptur, yakni:

    • Hindari merokok dan menggunakan obat-obatan terlarang
    • Mengonsumsi diet yang sehat dan melakukan aktivitas fisik secara rutin