Pengertian
Binge eating disorder merupakan kondisi gangguan perilaku makan, di mana seseorang sering kali mengonsumsi makanan dalam jumlah yang berlebih dan merasa tidak dapat berhenti mengonsumsi makanan. Hampir setiap orang pada dasarnya pernah mengonsumsi makanan berlebih sesekali. Misalnya mengambil makanan dua sampai tiga kali pada saat berlibur. Namun, bagi sebagian orang, mengonsumsi makanan berlebih yang dirasakan seperti terlepas dari kendali. Dan jika hal ini rutin terjadi, maka dapat menjadi tanda dari binge eating disorder.
Bila seseorang mengalami binge eating disorder, orang tersebut bisa saja merasa malu karena kebiasaannya makan berlebih dan mencoba untuk berhenti. Namun kemudian dapat timbul perasaan kompulsif, di mana terdapat dorongan yang tidak bisa ditahan. Hal ini akhirnya menyebabkan kebiasaan makan berlebih untuk tetap berlanjut.
Bila seseorang mengalami binge eating disorder, penanganan yang tepat diperlukan untuk membantu mengatasi dorongan tersebut.
Penyebab
Penyebab dari binge eating disorder belum diketahui secara pasti. Namun, beberapa hal seperti genetik, faktor biologis, diet jangka panjang, dan masalah psikologis dapat meningkatkan risiko untuk mengalami kondisi ini.
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko untuk mengalami binge eating disorder adalah:
- Riwayat keluarga. Seseorang memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk mengalami gangguan perilaku makan, bila memiliki orang tua atau saudara kandung yang mengalami atau pernah mengalami gangguan perilaku makan. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa gen yang diturunkan dapat meningkatkan risiko mengalami gangguan perilaku makan.
- Masalah psikologis. Sebagian besar orang yang mengalami binge eating disorder memiliki perasaan negatif terhadap diri sendiri serta kemampuan dan pencapaiannya. Pencetus untuk makan berlebih dapat berupa stres, merasa memiliki bentuk tubuh yang buruk, melihat makanan, atau rasa bosan.
- Menjalani diet. Banyak orang dengan binge eating disorder memiliki riwayat menjalani diet. Sebagian di antaranya bahkan memiliki riwayat diet berlebih sejak masa kanak-kanak atau remaja.
Menjalani diet tertentu atau membatasi asupan kalori sepanjang hari dapat mencetuskan hasrat untuk mengonsumsi makanan berlebih. Hal ini terutama bila orang tersebut memiliki rasa percaya diri yang rendah dan gejala depresi.
- Usia. Walaupun binge eating disorder dapat terjadi pada usia berapa pun, kondisi ini umumnya pertama timbul pada akhir masa remaja atau awal masa dewasa.
Gejala
Sebagian besar orang dengan binge eating disorder memiliki berat badan berlebih atau mengalami obesitas. Akan tetapi, sebagian kecil lainnya memiliki berat badan normal.
Tanda dan gejala perilaku dan emosional yang umumnya diamati pada binge eating disorder mencakup:
- Mengonsumsi makanan dalam jumlah yang banyak dalam kurun waktu yang spesifik, misalnya dalam kurun waktu 2 jam.
- Merasa bahwa perilaku makan tidak dapat dikendalikan.
- Mengonsumsi makanan walaupun merasa kenyang atau tidak merasa lapar.
- Mengonsumsi makanan dengan cepat.
- Mengonsumsi makanan hingga merasa kenyang dan tidak nyaman pada perut.
- Sering kali makan sendiri atau secara sembunyi-sembunyi.
- Merasa sedih, terganggu, malu, bersalah, atau marah terhadap perilaku makan.
- Sering kali mencoba untuk diet, tanpa penurunan berat badan.
Berbeda dengan orang yang mengalami bulimia, umumnya setelah episode makan berlebih, tidak dilakukan kompensasi untuk jumlah kalori berlebih yang dikonsumsi. Misalnya dengan cara dimuntahkan, penggunaan laksatif, atau berolahraga dengan berlebihan.
Terkadang, orang tersebut juga akan mencoba untuk diet atau mengonsumsi makanan dalam jumlah normal. Namun, membatasi makanan juga memiliki kemungkinan untuk episode makan berlebih yang lebih sering.
Derajat keparahan dari binge eating disorder ditentukan dari seberapa sering episode makan berlebih terjadi dalam satu minggu.
Diagnosis
Untuk menentukan diagnosis binge eating disorder, dokter dapat merekomendasikan untuk dilakukan evaluasi psikologis secara keseluruhan. Evaluasi ini termasuk membahas kebiasaan makan sehari-hari.
Dokter juga dapat menyarankan untuk dilakukan pemeriksaan tertentu guna mengevaluasi konsekuensi kesehatan yang dapat timbul dari binge eating disorder. Seperti kadar kolesterol yang tinggi, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, diabetes, dan beberapa kondisi kesehatan lainnya.
Selain wawancara medis yang mendetail, pemeriksaan yang dapat dilakukan mencakup pemeriksaan fisi secara langsung, serta pemeriksaan darah dan urine.
Untuk menentukan diagnosis adanya binge eating disorder, beberapa poin yang tercantum di Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders 5 (DSM-5) oleh American Psychiatric Association adalah:
- Episode berulang dari konsumsi makanan dalam jumlah yang berlebih.
- Merasa tidak dapat mengendalikan episode makan berlebih, termasuk jumlah makanan yang dikonsumsi dan kemampuan untuk berhenti makan.
- Episode makan berlebih yang dikaitkan dengan setidaknya tiga dari faktor-faktor: makan dengan cepat, makan hingga rasa kenyang yang tidak nyaman, mengonsumsi makanan dalam jumlah banyak walaupun tidak lapar, makan sendiri karena merasa malu, atau merasa hina, sedih, atau bersalah setelah mengonsumsi makanan.
- Khawatir mengenai kebiasaan makan berlebih.
- Makan berlebih setidaknya satu kali dalam seminggu selama setidaknya tiga bulan.
- Makan berlebih yang tidak diikuti oleh tindakan seperti muntah yang disengaja, atau perilaku lainnya untuk menurunkan berat badan seperti olahraga yang obsesif atau penggunaan laksatif.
Penanganan
Tujuan dari penanganan dari binge eating disorder adalah untuk mengurangi episode makan berlebih. Terkadang bila dibutuhkan, penanganan dilakukan juga untuk menurunkan berat badan.
Selain itu, karena makan berlebih sering kali dikaitkan dengan rasa malu, pencitraan diri yang buruk, serta emosi negatif lainnya, penanganan juga dapat ditujukan untuk mengatasi hal-hal tersebut serta masalah psikologis lainnya. Beberapa jenis penanganan yang dapat dilakukan pada binge eating disorder adalah:
• Psikoterapi. Psikoterapi atau terapi wicara dapat membantu mengubah perilaku yang kurang baik menjadi yang lebih baik, serta mengurangi episode makan berlebih.
Beberapa contoh psikoterapi adalah terapi perilaku kognitif atau cognitive behavioural therapy (CBT), psikoterapi interpersonal, atau terapi perilaku dialektik.
• Pengobatan. Dokter dapat meresepkan pengobatan tertentu untuk membantu mengendalikan gejala, bergantung dari berbagai faktor seperti derajat keparahan, adanya keluhan lainnya, dan sebagainya.
• Program penurunan berat badan berbasis perilaku. Banyak individu dengan binge eating disorder memiliki riwayat gagal menurunkan berat badan dengan sendirinya.
Oleh sebab itu, program penurunan berat badan berbasis perilaku yang dilakukan dengan supervisi dari tenaga medis profesional dapat memastikan bahwa kebutuhan nutrisi tubuh tetap terpenuhi namun tidak berlebih.
Pencegahan
Walaupun tidak terdapat cara yang terbukti mampu secara sepenuhnya untuk menghindari binge eating disorder, seseorang yang mengalami gejala mengonsumsi makanan secara berlebih disarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga profesional yang dapat menanganinya.
Seseorang yang mengalami kondisi tersebut membutuhkan dukungan untuk menjalani perilaku hidup sehat serta membutuhkan penanganan profesional sebelum kondisinya semakin memburuk. Selain itu, seseorang yang memiliki anak juga disarankan untuk selalu memupuk gaya hidup dan pola makan sehat pada anak, agar mereka tumbuh menjadi individu yang sehat dan memiliki berat badan yang ideal.