Sukses

Pengertian

Distonia merupakan kelainan pergerakan, yaitu ketika otot mengalami kontraksi yang tidak diinginkan lalu menyebabkan gerakan repetitif dan memutar. Kondisi ini dapat memengaruhi satu bagian tubuh (distonia fokal), dua atau lebih bagian yang berhubungan (distonia segmental), atau seluruh bagian tubuh (distonia general).

Kontraksi otot (spasme) dapat ringan atau berat, dan dapat memengaruhi kinerja serta aktivitas keseharian seseorang. Penanganan yang ada dapat meredakan keluhan. Terkadang, pembedahan juga digunakan untuk menghilangkan atau mengatur fungsi saraf atau bagian tertentu di otak pada individu dengan distonia berat.

Penyebab

Penyebab distonia tidak diketahui secara pasti. Namun, diduga bahwa kondisi ini melibatkan perubahan komunikasi antara sel saraf pada beberapa bagian otak. Selain itu, aspek genetik diduga berperan pada beberapa jenis distonia.

Distonia dapat juga timbul sebagai gejala dari suatu penyakit, termasuk

  • Penyakit Parkinson
  • Penyakit Huntington
  • Penyakit Wilson
  • Cedera otak traumatik
  • Stroke
  • Tumor otak atau kelainan yang timbul pada individu dengan kanker
  • Kekurangan oksigen atau keracunan karbon monoksida
  • Infeksi, seperti tuberkulosis atau ensefalitis
  • Reaksi terhadap pengobatan tertentu

Penyakit Distonia - KlikDokter.com (Fizkes/Shutterstock)

Gejala

Distonia dapat memengaruhi seseorang dengan berbagai cara yang berbeda. Kontraksi otot yang terjadi bisa berupa:

  • Berawal dari satu area tertentu, seperti tungkai, leher, atau lengan. Distonia fokal yang timbul setelah usia 21 tahun umumnya berawal dari leher, lengan, atau wajah, dan bersifat fokal atau segmental.
  • Timbul pada saat melakukan hal tertentu, seperti menulis.
  • Diperburuk oleh stres, kelelahan, atau rasa cemas.
  • Menjadi lebih terlihat seiring dengan berjalannya waktu.

Bagian tubuh yang dapat mengalami kondisi ini mencakup:

  • Leher (distonia servikal). Kontraksi dapat menyebabkan kepala berputar ke satu sisi, bergerak ke depan dan ke belakang, dan terkadang menimbulkan rasa nyeri.
  • Kelopak mata. Berkedip dengan cepat atau spasme yang tidak disengaja dapat memengaruhi daya lihat. Spasme umumnya tidak menyebabkan nyeri. Hanya saja kondisi ini dapat meningkat apabila terpapar cahaya yang terang, merasa stres, atau sedang berinteraksi dengan orang lain. Selain itu, mata juga akan terasa kering.
  • Rahang atau lidah (distonia oromandibular). Mereka yang mengalami kondisi ini biasanya berbicara kurang jelas, berliur, atau mengalami kesulitan mengunyah dan menelan. Distonia oromandibular dapat terasa nyeri dan bisa terjadi bersamaan dengan distonia servikal atau spasme kelopak mata.
  • Kotak suara dan pita suara. Suara dapat terdengar terjepit atau berbisik.
  • Tangan dan lengan bawah. Terkadang distonia dapat terjadi saat melakukan aktivitas repetitif, seperti menulis (distonia penulis) atau bermain alat musik tertentu (distonia musisi).

Diagnosis

Diagnosis distonia dapat ditentukan dari wawancara medis yang rinci, pemeriksaan fisik secara langsung, dan pemeriksaan penunjang tertentu bila dibutuhkan.

Beberapa jenis pemeriksaan penunjang yang dapat disarankan adalah:

  • Pemeriksaan darah atau urine. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan adanya zat beracun atau adanya kondisi kesehatan lain yang melatari masalah.
  • Pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau Computerized Tomography (CT). Pemeriksaan pencitraan ini dapat mengidentifikasi adanya abnormalitas pada otak, seperti tumor, lesi, atau bukti adanya stroke.
  • Elektromiografi (EMG). Pemeriksaan ini dapat mengukur aktivitas listrik di dalam otot.

Penanganan

Untuk mengatasi kontraksi otot yang terjadi pada penderita distonia, dokter dapat merekomendasikan kombinasi antara pengobatan, terapi, dan pembedahan. Beberapa jenis pengobatan dapat diberikan, baik dengan cara disuntikan ke otot maupun dikonsumsi secara oral. Pengobatan tersebut berfungsi untuk mengurangi atau menghilangkan kontraksi otot serta memperbaiki postur yang abnormal.

Dokter juga dapat menyarankan untuk menjalani terapi. Hal yang bisa dilakukan termasuk terapi fisik untuk meringankan keluhan, terapi wicara bila distonia memengaruhi suara, peregangan atau pijat untuk meredakan nyeri otot.

Bila gejala tergolong berat, dokter dapat merekomendasikan rangsangan ke otak dalam menggunakan elektroda untuk mengeluarkan pulsasi listrik ke otak dan mengendalikan kontraksi otot. Bisa juga dilakukan operasi denervasi selektif, yang melibatkan teknik pemotongan saraf yang menimbulkan kontraksi otot.

Pencegahan

Distonia yang tidak diketahui penyebabnya merupakan hal yang tidak dapat dicegah. Namun, distonia sekunder yang timbul akibat kondisi kesehatan tertentu dapat dicegah dengan menjalani pola hidup sehat, seperti berolahraga secara rutin dan mengonsumsi gizi seimbang.