Pengertian
Ejakulasi dini atau premature ejaculation merupakan gangguan seksual, yang menyebabkan ejakulasi terjadi sebelum waktunya. Hal ini membuat penis lemas (flaccid), sehingga penetrasi lebih sulit dilakukan.
Sekitar 1 dari 3 pria berusia 18 tahun ke atas mengalami ejakulasi dini pada satu titik dalam kehidupan mereka. Kondisi ini dapat menimbulkan stres, baik pada pria maupun pada pasangan wanitanya.
Gejala
Ejakulasi dini tidak menimbulkan gejala spesifik, kecuali pendapat subjektif tentang keluarnya semen atau air mani yang dianggap terlalu cepat. Orang yang mengalami ejakulasi dini biasanya mencari pertolongan berdasarkan keluhan pribadi atau pasangan, yang berkaitan dengan disfungsi seksual atau disfungsi ereksi, serta masalah dalam berhubungan intim.
Keluhan yang disampaikan mencakup anggapan pribadi tentang ejakulasi dini. Mulai dari waktu penetrasi hingga keluarnya air mani, langkah-langkah yang sudah dicoba untuk menunda ejakulasi, hingga dampaknya terhadap hubungan interpersonal dan kualitas hidup.
Diagnosis
Berdasarkan konsensus International Society of Sexual Medicine pada tahun 2014, pria dianggap mengalami ejakulasi dini apabila:
- Ejakulasi selalu atau hampir selalu terjadi kurang dari satu menit setelah penetrasi vagina sejak pertama kali berhubungan intim. Kondisi ini dikenal dengan sebutan ejakulasi dini primer atau bawaan.
- Ejakulasi yang lebih singkat, yaitu kurang dari tiga menit setelah penetrasi pada vagina. Kondisi ini dikenal dengan sebutan ejakulasi dini sekunder.
- Tidak mampu menahan ejakulasi pada semua atau hampir semua penetrasi vagina.
- Menimbulkan konsekuensi negatif secara pribadi, seperti stres, cemas, frustasi, dan menghindari hubungan intim.
Pengertian di atas hanya berlaku untuk hubungan intim sebenarnya, yang dilakukan antara pria dan wanita. Dengan kata lain, pengertian di atas tidak bisa dipakai untuk menggambarkan ejakulasi akibat perangsangan pada diri sendiri, seperti onani atau masturbasi.
Dalam proses diagnosis ejakulasi dini, dokter akan melakukan wawancara medis mendalam terkait keluhan, riwayat seksual dan psikososial, serta riwayat penyakit di masa lampau.
Pemeriksaan fisik pada ejakulasi dini biasanya terpantau normal, dalam arti tidak menunjukkan kelainan anatomi tertentu. Pemeriksaan fisik utamanya menilai perut, fungsi saraf, tungkai bawah, dan alat kelamin.
Hingga saat ini tidak ada pemeriksaan khusus untuk mengonfirmasi ejakulasi dini. Pemeriksaan laboratorium atau penunjang baru dilakukan jika ejakulasi dini dicurigai sebagai akibat dari kelainan fisik, bukan faktor psikologis.
Penyebab
Secara fisik, ejakulasi dikendalikan oleh zat kimia dalam otak, yaitu serotonin. Apabila kadar serotonin atau fungsinya tidak normal, ejakulasi dini sangat mungkin terjadi.
Faktor fisik lain yang berperan yaitu pada ejakulasi dini adalah:
- Prostatitis kronis, yaitu peradangan prostat menahun.
- Gangguan tiroid, yaitu kelenjar tiroid terlalu aktif atau kurang aktif.
- Penyakit diabetes dan hipertensi.
- Konsumsi alkohol berlebih, merokok, dan penggunaan obat-obat terlarang.
- Disfungsi ereksi. Pria dengan disfungsi ereksi akan cenderung ejakulasi dini sebelum ereksi berakhir.
- Penis yang terlalu sensitif atau terdapat aktivitas refleks tidak normal pada sistem ejakulasi.
Sedangkan faktor psikologis yang menyebabkan ejakulasi dini pada umumnya berhubungan dengan:
- Stres dan depresi.
- Masalah dalam hubungan dengan pasangan.
- Cemas terhadap performa seksual, khususnya pada permulaan hubungan yang baru, atau ketika seorang pria telah memiliki riwayat masalah dalam performa seksual.
- Trauma seksual di masa lampau.
Pengobatan
Penanganan ejakulasi dini harus melibatkan pasangan seksual sejak awal pengobatan. Pilihan terapi bergantung dari keparahan gejala, penyebab yang mungkin dapat dikoreksi, dampak psikososial, efek samping pengobatan, dan pilihan pasien.
Pengobatan pada ejakulasi dini mencakup:
- Psikoterapi
Psikoterapi adalah terapi psikologis berupa konseling dan reassurance (menguatkan). Jenis terapi ini merupakan terapi utama untuk ejakulasi dini. Akan tetapi, dibutuhkan waktu yang cukup lama dan biaya yang tidak sedikit. Kepatuhan dan konsistensi pasangan terhadap terapi juga sangat diperlukan.
Psikoterapi dapat efektif jika ejakulasi dini bersifat subjektif dan terdapat faktor psikologis yang jelas menjadi penyebab utama. Terapi ini juga dapat dikombinasi dengan obat-obatan khusus untuk ejakulasi dini.
- Obat-obatan
-
Anestesi topikal. Penggunaan anestesi topikal (krim lidokain) yang dioleskan di kepala penis dapat menurunkan sensasi akibat stimulasi seksual. Karena krim ini juga dapat diserap oleh vagina, wanita pun dapat mengalami penurunan sensasi seksual. Penggunaan krim anestesi topikal akan lebih efektif jika dikombinasikan dengan pemakaian kondom.
-
Antidepresan. Pemberian antidepresan paling efektif dalam mengatasi ejakulasi dini. Antidepresan dapat memperpanjang waktu sejak seorang pria terangsang hingga ejakulasi.
Antidepresan yang tersering dipakai ialah golongan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs), seperti citalopram, sertraline, paroxetine, dan fluoxetine. Karena obat-obatan ini bekerja di otak, penggunaannya sangat terbatas dan harus disertai resep dokter. Obat-obatan ini baru diberikan apabila terapi lain tidak berhasil.
- Sildenafil. Sildenafil atau yang lebih dikenal dengan nama Viagra® membantu ereksi dengan meningkatkan aliran darah ke penis. Obat ini tidak menghambat ejakulasi, sehingga tidak bisa digunakan untuk mengobati ejakulasi dini. Akan tetapi, obat ini dapat membantu jika pria mengalami disfungsi ereksi dan ejakulasi dini secara bersamaan.
-
Anestesi topikal. Penggunaan anestesi topikal (krim lidokain) yang dioleskan di kepala penis dapat menurunkan sensasi akibat stimulasi seksual. Karena krim ini juga dapat diserap oleh vagina, wanita pun dapat mengalami penurunan sensasi seksual. Penggunaan krim anestesi topikal akan lebih efektif jika dikombinasikan dengan pemakaian kondom.
Penanganan di rumah
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi ejakulasi dini sebelum mencari pertolongan medis, di antaranya:
- Masturbasi satu sampai dua jam sebelum berhubungan intim.
- Menggunakan kondom tebal untuk mengurangi sensasi pada penis.
- Tarik napas dalam secara singkat untuk menghentikan refleks ejakulasi.
- Saat berhubungan intim, berhenti sejenak dan alihkan pikiran ke hal-hal yang membosankan agar sensasi penis berkurang.
- Berhubungan intim dengan posisi wanita di atas.
- Lakukan metode untuk mengontrol diri dengan teknik-teknik berikut:
-
Squeeze. Anda atau pasangan menstimulasi penis hingga terasa hampir ejakulasi, lalu segera berhenti. Tekan kepala penis sekitar 10-20 detik. Kemudian lepaskan dan tunggu hingga 30 detik sebelum stimulasi diulang. Proses ini dilakukan beberapa kali, sebelum akhirnya ejakulasi.
-
Stop-start. Teknik ini hampir mirip dengan teknik squeeze, akan tetapi tidak ada penekanan pada kepala penis.
Kapan harus ke dokter
Segera cari pertolongan bila ejakulasi dini menimbulkan stres berlebihan atau frustasi, mengganggu hubungan interpersonal dengan pasangan, serta membuat Anda menghindari hubungan intim.
-
Squeeze. Anda atau pasangan menstimulasi penis hingga terasa hampir ejakulasi, lalu segera berhenti. Tekan kepala penis sekitar 10-20 detik. Kemudian lepaskan dan tunggu hingga 30 detik sebelum stimulasi diulang. Proses ini dilakukan beberapa kali, sebelum akhirnya ejakulasi.
Pencegahan
Sebagian besar kasus ejakulasi dini dapat dicegah dengan memperbaiki komunikasi interpersonal dan bersikap terbuka dengan pasangan. Tindakan ini membuat kedua belah pihak tahu apa yang diharapkan dari masing-masing dalam suatu hubungan intim. Pihak pria pun akan lebih percaya diri dalam melakukannya.
Cara lain untuk mencegah ejakulasi dini adalah dengan melatih otot-otot rongga panggul, melalui latihan kegel, serta memiliki waktu tidur malam yang cukup dan berkualitas. Kurang tidur dapat menurunkan kadar serotonin otak sehingga ejakulasi bisa terjadi lebih cepat.