Pengertian
Sleep disorder breathing merupakan gangguan pernapasan yang terjadi pada saat tidur. Sebenarnya penyakit ini telah dikenal secara umum dan berhubungan dengan berbagai masalah medis.
Ada beberapa hal yang dikaitkan dengan gangguan pernapasan ini. Seperti Obstructive Sleep Apnea (OSA). Apa itu OSA? Ini merupakan penyakit yang terjadi akibat adanya sumbatan total atau sebagian pada jalur nafas.
Beberapa keadaan yang menjadi faktor risiko OSA antara lain adalah pembesaran kelenjar adenoid dan tonsil (amandel), obesitas, dan kelainan daerah hidung. Obstructive sleep apnea dapat menyebabkan berbagai gangguan yang sangat merugikan –seperti gangguan perkembangan otak pada anak, gangguan kardiovaskular, dan kematian akibat kecelakaan lalu lintas akibat mengantuk.
Jika obstructive sleep apnea tidak diobati, maka dapat terjadi kompilkasi pada penderitanya. Komplikasi akibat OSA dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:
1. Gangguan tidur
Gangguan tidur dapat menyebabkan performa buruk dalam mengerjakan pekerjaan, menurunnya daya ingat jangka pendek, kecelakaan kerja dan saat mengemudikan kendaraan bermotor. Bahkan penderita OSA memiliki risiko 15 kali lebih sering mendapat kecelakaan kendaraan bermotor dibandingkan pada populasi umumnya.
Selain itu, gangguan tidur juga dapat membuat penderitanya kehilangan energi sepanjang hari, sakit kepala pada pagi hari, penambahan berat badan, gangguan mood dan depresi, impotensi, dan penurunan nafsu seksual.
2. Kardiovaskular
Gangguan kardiovaskular yang bisa terjadi antara lain adalah hipertensi (pada 50% pasien OSA). Jika tetap tidak ditangani, maka kejadian hipertensi akan meningkatkan risiko terjadinya serangan jantung atau stroke, aritmia jantung, dan stres pada sistem kardiovaskular. Pada dasarnya OSA menyebabkan jantung dan paru-paru bekerja lebih keras dari yang seharusnya.
Hipertensi yang terjadi pada pasien yang tidak terdiagnosa ataupun tidak mendapat pengobatan obstructive sleep apnea dapat menjadi sulit diatasi. Pengobatan OSA yang efektif akan membantu mengontrol tekanan darah pada beberapa penderitanya.
3. Gangguan pertumbuhan otak pada anak
Otak anak berkembang maksimal pada saat mereka tidur. Adanya sumbatan jalan nafas membuat oksigen yang masuk ke dalam darah menjadi berkurang. Akhirnya otak menjadi kekurangan oksigen dan pertumbuhannya pun menjadi terganggu.
Terbangun saat malam akan membuat anak menjadi sulit tidur kembali. Pada akhirnya, situasi ini membuat waktu tidur mereka berkurang. Hal ini tentu saja akan mengurangi juga periode emas perkembangan otak mereka.
Diagnosis
Untuk menentukan diagnosis OSA, dokter akan melakukan pengumpulan informasi terlebih dahulu. Selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang bila diperlukan.
Tes OSA dilakukan melalui pemeriksaan tidur semalam dengan alat polysomnography (PSG). Parameter-parameter yang direkam pada polysomnogram antara lain adalah electroencephalography (EEG), electrooculography (pergerakan bola mata), electrocardiography (EKG), electromyography (pergerakan rahang bawah dan kaki), posisi tidur, aktivititas pernapasan, dan saturasi oksigen.
Saat dilakukan PSG, dokter akan melihat apakah terjadi penurunan saturasi oksigen berulang dan sumbatan sebagian atau komplit dari jalan napas atas. Pada beberapa kasus yang berat bisa saja terjadi beberapa ratus kali.
Dokter juga akan mengamati jika penurunan saturasi oksigen disertai dengan ≥ 50% penurunan amplitudo pernapasan dan peningkatan usaha pernapasan. Perubahan stadium tidur menjadi lebih dangkal dan terjadi desaturasi oksigen juga menjadi hal yang perlu diperhatikan lewat pemeriksaan ini.
Sebelum dilakukan PSG, Anda akan diminta kesediaannya untuk mengisi kuesioner Berlin. Tujuannya adalah untuk mengetahui adanya risiko tinggi terhadap OSA. Kuesioner ini terdiri dari 3 bagian yaitu:
- Berisi tentang kebiasaan mendengkur. Seberapa keras (volume suara), seberapa sering, dan kemungkinan dengkuran yang mengganggu orang lain
- Berisi tentang kelelahan setelah tidur. Seberapa sering merasakan lelah dan kemungkinan pernah/tidak tertidur saat berkendaraan.
- Berisi tentang riwayat hipertensi, berat badan, tinggi badan, umur, jenis kelamin dan Indeks Massa Tubuh (IMT).
Anda dapat dinyatakan berisiko tinggi terhadap OSA bila memenuhi sedikitnya dua dari tiga kriteria di atas. Hal lain yang juga menentukan seseorang bisa dikatakan menderita OSA adalah jika:
- Keadaan mengantuk berat sepanjang hari yang tidak dapat dijelaskan karena sebab lain.
- Dua atau lebih keadaan seperti tersedak sewaktu tidur, terbangun beberapa kali ketika tidur, tidur yang tidak menyebabkan rasa segar, perasaan lelah sepanjang hari dan gangguan konsentrasi.
- Hasil PSG menunjukkan ≥ 5 jumlah total apnea ditambah terjadi hypopnea per-jam selama tidur (AHI ≥ 5).
- Hasil PSG negatif untuk gangguan tidur lainnya.
Gejala
Gejala Obstuctive Sleep Apnea dibagi menjadi dua, yaitu:
-
Gejala malam hari saat tidur.
Mengeluarkan air liur saat tidur (Drooling/ngiler), mulut kering, tidur tak nyenyak/terbangun saat tidur, terlihat henti napas saat tidur oleh rekan tidurnya, tersedak atau napas tersengal saat tidur. -
Gejala saat pagi atau siang hari
Mengantuk, pusing saat bangun tidur pagi hari, refluks gastroesofageal (asam lambung naik ke kerongkongan), tidak bisa konsentrasi, depresi, mengalami penurunan libido, impotensi, bangun tidur terasa tak segar, sulit berfikir.
Pengobatan
Pengobatan obstructive sleep apnea dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
-
Intervensi bedah
Pembedahan hidung, bedah plastik untuk palatum (langit-langit), uvula dan faring, atau pengangkatan tonsil. -
Perubahan gaya hidup
Menurunkan berat badan, menghindari alkohol, menghindari obat-obatan yang bekerja untuk membantu tidur, serta menghindari konsumsi kafein. -
Alat-alat buatan
Alat yang diperlukan untuk mereposisi rahang dan mencegah lidah jatuh ke belakang (mempertahankan posisi lidah), cervical collars atau bantal.
Jika OSA tidak terlalu mengganggu aktifitas dan ritme tubuh sehari-hari, Anda tidak memerlukan terapi secara khusus. Anda cukup melakukan perubahan gaya hidup. Misalnya dengan rutin berolah raga serta mengatur jenis dan pola makan.
Namun jika keluhan OSA sudah mencapai tahap mengganggu aktifitas sehari-hari, maka sebaiknya segera konsultasikan ke doker. Apalagi jika sudah sampai menyebabkan turunnya produktifitas.
Sebenarnya OSA dapat dihindari. Hal-hal yang perlu dilakukan agar Anda tidak mengalami gangguan tidur ini adalah berolahlah raga secara teratur, diet tinggi serat, dan mengatur pola makan yang bergizi seimbang.
Bagi penderita asma, perlu dilakukan kontrol terhadap penyakitnya. Selain itu, sebaiknya Anda juga menghindari jenis makanan yang dapat merangsang pembesaran tonsil, Misalnya air dingin dan makanan yang banyak menggunakan msg. Selain itu, ingatlah untuk tidak mengendari kendaraan bermotor jika Anda dalam kondisi kurang tidur.
Penyebab
Ada banyak hal yang dapat menyebabkan obstructive sleep apnea. Namun biasanya hal tersebut merupakan keadaan kompleks yang saling memengaruhi –baik neural, hormonal, muskular maupun struktur anatomi.
Salah satu penyebab yang paling sering dikaitkan adalah kegemukan –terutama pada tubuh bagian atas. Angka prevalensi OSA pada orang yang sangat gemuk mencapai 42-48% pada laki-laki dan 8-38% pada perempuan. Penambahan berat badan disebut-sebut akan meningkatkan gejala OSA.Terdapat tiga faktor risiko terjadinya OSA:
1. Usia:
Kemungkinan terjadinya OSA dan derajat keparahan akan meningkat sesuai dengan bertambahnya usia.
2. Jenis kelamin
Laki-laki lebih bersiko 2 kali lebih tinggi dibandingkan perempuan terhadap OSA.
3. Ukuran dan bentuk jalan napas
Hal perlu diperhatikan dalam hal ini adalah struktur tulang kepala (langit-langit yang bercelah, gangguan posisi rahang bawah), micrognathia (rahang yang kecil), macroglossia (lidah yang besar), pembesaran kelenjar adenoid dan amandel, dan trakea yang kecil (jalan napas yang sempit).
Obstructive sleep apnea juga dapat menimbulkan risiko terhadap penyakit lain yang dikaitkan dengan kegagalan kontrol pernapasan. Beberapa di antaranya adalah: emfisema dan asma, penyakit neuromuscular (polio, myasthenia gravis), sumbatan pada hidung, hipothiroid, akromegali, amyloidosis, paralisis pita suara, sindroma postpolio, dan kelainan neuromuscular.