Sukses

Pengertian

Giant cell arteritis merupakan kondisi terjadinya peradangan pada lapisan pembuluh darah arteri. Sering kali, kondisi ini melibatkan pembuluh arteri di kepala, terutama di bagian dahi. Oleh sebab itu, giant cell arteritis sering disebut sebagai arteritis temporal.

Kondisi ini sering kali menyebabkan nyeri kepala, nyeri tekan pada bagian kepala, nyeri pada rahang, dan gangguan daya lihat. Bila tidak mendapatkan penanganan yang tepat, kondisi ini dapat menyebabkan stroke atau kebutaan.

Penanganan dengan pengobatan umumnya dapat membantu mengatasi keluhan akibat giant cell arteritis dan mencegah timbulnya gangguan daya lihat. Mereka yang mengalami masalah ini dapat merasakan keluhan yang mereda dalam beberapa hari setelah memulai pengobatan. Namun, bahkan dengan pengobatan, ada kemungkinan keluhan akan timbul kembali.

Penyebab

Pada giant cell arteritis, lapisan pembuluh darah arteri mengalami peradangan, yang kemudian menimbulkan pembengkakan. Pembengkakan tersebut membuat pembuluh darah menjadi lebih sempit dan mengurangi jumlah aliran darah. Dengan demikian, oksigen dan nutrisi yang vital untuk mencapai jaringan tubuh pun tidak optimal.

Hampir semua pembuluh darah arteri yang berukuran besar dan sedang dapat mengalami kondisi ini. Namun demikian, pembengkakan paling sering terjadi pada pembuluh darah arteri yang berlokasi di dahi. Terkadang, pembengkakan hanya terjadi pada sebagian dari pembuluh darah arteri, dengan juga terdapatnya bagian dari arteri yang masih normal.

Penyebab peradangan pada arteri ini tidak diketahui secara pasti. Faktor genetik tertentu dikatakan dapat meningkatkan kemungkinan untuk mengalami masalah tersebut.

Beberapa faktor diduga dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami giant cell arteritis, termasuk di antaranya:

  • Giant cell arteritis hanya terjadi pada orang dewasa dan sering kali pada mereka yang berusia di atas 50 tahun. Sebagian besar pasien dengan kondisi ini pertama kali menunjukkan tanda dan gejala pada usia di antara 70 hingga 80 tahun.
  • Jenis kelamin. Wanita memiliki kemungkinan sekitar dua kali lipat lebih sering dibandingkan pria untuk mengalami kondisi tersebut.
  • Polimialgia reumatika. Seseorang dengan polimialgia reumatika (peradangan yang menyebabkan nyeri dan kaku otot dan sendi. Biasanya kaku dan nyeri terjadi di otot-otot seputar bahu, leher, dan panggul) memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami giant cell arteritis.
  • Riwayat keluarga. Seseorang dengan riwayat anggota keluarga yang mengalami giant cell arteritis juga memiliki kemungkinan lebih besar mengalami kondisi ini.

Gejala

Tanda dan gejala yang paling sering terjadi pada giant cell arteritis adalah nyeri kepala dan nyeri tekan pada bagian kepala, yang biasanya berat dan melibatkan kedua sisi dahi. Secara umum, beberapa tanda dan gejala yang ditemui pada giant cell arteritis adalah:

  • nyeri kepala yang terus menetap dan berat, umumnya pada bagian dahi
  • nyeri tekan pada kepala
  • nyeri pada rahang saat mengunyah atau membuka mulut secara lebar
  • demam
  • rasa lelah
  • penurunan berat badan yang tidak direncanakan
  • penurunan daya lihat atau pandangan ganda, terutama pada mereka yang juga mengalami nyeri pada rahang
  • kehilangan daya lihat yang permanen dan tiba-tiba pada satu mata
  • nyeri dan kekakuan pada leher, punggung, dan panggul merupakan tanda dan gejala dari salah satu kondisi yang berhubungan dengan giant cell arteritis, yakni polimialgia reumatika. Sekitar 50 persen orang yang mengalami giant cell arteritis juga mengalami polimialgia reumatika.

Diagnosis

Giant cell arteritis kadang kala sulit didiagnosis karena tanda dan gejala yang timbul di masa-masa awal juga menyerupai berbagai kondisi kesehatan lainnya. Oleh sebab itu, dokter akan mencoba untuk menyingkirkan kemungkinan adanya penyakit lain terlebih dahulu. Kondisi ini dapat didiagnosis melalui wawancara medis yang rinci, pemeriksaan fisik secara langsung, dan pemeriksaan penunjang tertentu.

Beberapa jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan mencakup:

  • Pemeriksaan fisik. Selain menanyakan keluhan yang dialami dan riwayat kesehatan sebelumnya, dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik, terutama melihat arteri temporalis di dahi.

Tak jarang, pada satu atau kedua arteri dahi tersebut terjadi nyeri tekan, dengan denyut nadi yang lebih lambat dan penampilan serta perabaan yang keras.

  • Pemeriksaan darah. Bila menduga seseorang mengalami giant cell arteritis, dokter bisa meminta orang tersebut untuk melakukan pemeriksaan darah.

Salah satu yang dicek adalah laju sedimentasi eritrosit, yaitu tes yang mengukur kecepatan sel darah merah jatuh ke bagian bawah tabung darah. Sel darah yang jatuh dengan cepat dapat mengindikasikan adanya peradangan pada tubuh.

Selain itu, diagnosis bisa diperkuat dengan pemeriksaan c-reactive protein (CRP). Ini adalah zat yang diproduksi oleh hati saat terjadi peradangan dalam tubuh.

  • Salah satu cara untuk mengonfirmasi diagnosis giant cell arteritis adalah dengan mengambil sampel kecil dari arteri temporalis.

Prosedur ini dapat dilakukan dengan pembiusan lokal. Sampel yang diambil kemudian dievaluasi lebih lanjut menggunakan mikroskop. Pada mereka dengan giant cell arteritis, arterinya dapat menunjukkan adanya peradangan yang mencakup sel dengan ukuran sangat besar, yang disebut giant cell.

  • Pemeriksaan pencitraan. Pemeriksaan pencitraan dapat digunakan untuk menentukan diagnosis giant cell arteritis dan memantau respons terhadap pengobatan.

Beberapa pilihan pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah magnetic resonance angiography (MRA), ultrasonografi Doppler, atau positron emission tomography (PET).

Penanganan

Penanganan giant cell arteritis biasanya membutuhkan pengobatan golongan kortikosteroid, yang akan diresepkan oleh dokter setelah pemeriksaan menyeluruh secara langsung. Penanganan segera penting dilakukan guna mencegah hilangnya daya lihat.

Umumnya, keluhan mulai mereda beberapa hari setelah memulai pengobatan. Keluhan terkait daya lihat juga dapat mereda dalam tiga bulan setelah mendapatkan penanganan.

Pengobatan umumnya perlu diteruskan selama satu atau dua tahun, dan dapat lebih lama. Dokter dapat menurunkan dosis secara bertahap hingga mencapai dosis terendah untuk mengontrol peradangan.

Terkadang, gejala seperti nyeri kepala dapat timbul kembali saat dosis diturunkan. Pada kondisi demikian, dosis pun kemudian dapat disesuaikan kembali oleh dokter. Selain itu, dokter dapat meresepkan pengobatan tambahan untuk membantu meminimalkan efek samping yang disebabkan oleh kortikosteroid.

Pencegahan

Karena penyebab terjadinya giant cell arteritis tidak diketahui secara pasti, belum terdapat acara yang terbukti efektif secara sepenuhnya dalam mencegah terjadinya kondisi ini.