Informasi Film
- SutradaraRiri Riza
- ProduserMira Lesmana
- Penulis NaskahRiri Riza
- MenampilkanNicholas Saputra (Soe Hok Gie), Jonathan Mulia (Soe Hok Gie Muda), Thomas Nawilis (Tan Tjin Han), Christian Audi (Tan Tjin Han Muda), Sita Nursanti (Ira), Wulan Guritno (Sinta), Lukman Sardi (Herman Lantang)
- Rumah ProduksiSinemart Pictures
- Tahun Rilis14 Juli 2005
- AnggaranRp 7-10 Miliar
Gie adalah sebuah film biopik asal Indonesia. Film yang rilis pada 14 Juli 2005 ini merupakan film yang disutradarai oleh Riri Riza.
Film yang diadaptasi dari buku Catatan Seorang Demonstran ini bercerita tentang Soe Hok Gie, seorang mahasiswa keturunan Tionghoa yang menempuh bangku kuliah di Universitas Indonesia. Gie yang tergabung dalam pecinta alam UI merupakan seorang mahasiswa yang vokal dan tak jarang menjadi penggerak demonstrasi mahasiswa lain.
Semenjak rilis pada Juli 2005, film ini langsung menarik perhatian masyarakat Indonesia dan ditonton oleh 350 ribu orang hingga Desember 2005. Selain angka penonton yang fantastis, film ini juga tak luput dari nominasi berbagai ajang penghargaan, beberapa di antaranya adalah Piala Citra Festival Film Indonesia di tahun 2005, film ini sukses menggondol tiga penghargaan yaitu Film Bioskop Terbaik, Pemeran Utama Pria Terbaik untuk Nicholas Saputra dan Pengarah Sinematografi Terbaik.
Film ini juga membuka mata publik terkait dengan bagaimana situasi politik di tahun 1965, khususnya situasi politik di Jakarta.
Fakta Menarik Soe Hok Gie
Jika diberi usia panjang, aktivis dan intelektual, Soe Hok Gie genap 72 tahun hari ini. Ia lahir di Jakarta, 17 Desember 1942. Aktivismenya mekar sempurna saat berstatus mahasiswa Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Bersama Angkatan 66, ia "menggempur" kekuasaan Orde Lama dengan serangkaian demonstrasi pasca-G30S. Ia menjadi pemimpin mahasiswa seperti juga Cosmas Batubara, Soegeng Sarjadi, Mar'ie Muhammad, atau Nono Anwar Makarim.
Kisahnya makin menyebar luas saat difilmkan sineas Riri Riza pada 2005. Aktor Nicholas Saputra didapuk memerankan lelaki berperawakan kecil tersebut. Buku hariannya, terbit dengan judul Catatan Seorang Demonstran, makin banyak dibaca usai film itu beredar. Termasuk oleh anak-anak muda yang lahir jauh setelah ia meregang nyawa di puncak Gunung Semeru.
Berikut salah satu fakta menarik menyangkut sosok adik sosiolog Arief Budiman tersebut. Gie adalah penulis yang produktif. Artikel-artikelnya tersebar di Harian KAMI, Kompas, Sinar Harapan, Mahasiswa Indonesia, dan Indonesia Raya. Ia menulis di rumah orangtuanya di Jalan Kebon Jeruk IX, dekat Glodok, Jakarta Barat. Di kamar belakang yang temaram, berteman nyamuk, ketika kebanyakan orang telah larut dalam mimpi.
Pemuda kurus ini banyak dikagumi lantaran tulisan-tulisannya. Namun, ada juga yang tak suka. Suatu kali Gie dikirimi surat kaleng oleh seseorang yang mengaku pecinta Bung Karno. Rupanya pengirim surat gusar dengan kritik-kritik Gie dalam mingguan Mahasiswa Indonesia. Surat itu berisi umpatan berbau rasial.
Pemberontak dari Kebon Jeruk
Sejak kecil, Soe Hok Gie telah memperlihatkan diri sebagai seorang pemberontak. Nuraninya gampang tersentuh saat melihat ketidakadilan dan kesewenang-wenangan. Ketika ia duduk di kelas 2 SMP, guru Ilmu Bumi mengurangi nilai ulangannya tanpa alasan: dari 8 menjadi 5. Gie marah sekali. Ia tulis dalam buku hariannya, 4 Maret 1957: "Hari ini adalah hari ketika dendam mulai membatu...Dendam yang disimpan, lalu turun ke hati, mengeras sebagai batu."
Beberapa tahun kemudian, sebagai mahasiswa Ilmu Sejarah Universitas Indonesia (UI), Gie menjadi salah seorang pemimpin mahasiswa dalam aksi menumbangkan Orde Lama pada 1966. Ia menjadi tokoh mahasiswa Angkatan 66 bersama nama-nama lain seperti Cosmas Batubara, Soegeng Sarjadi, Mar'ie Muhammad, atau Nono Anwar Makarim. Protes-protes itu ditujukan kepada pemerintah yang dianggap tak becus mengurus negara, pejabat yang hanya memperkaya diri sendiri, juga terhadap kebijakan "memberi angin" kepada Partai Komunis Indonesia (PKI).