Sukses

Informasi Umum

  • PengertianBerdasarkan Permenperin No. 64 Tahun 2016, Industri Kecil dan Menengah atau disingkat IKM adalah industri yang mempekerjakan paling banyak 19 orang tenaga kerja dan memiliki nilai investasi kurang dari Rp.1.000.000.000.

Berita Terkini

Lihat Semua
Topik Terkait

    3 Kunci Produk IKM Punya Daya Saing

    Kepala dinas Perindustrian Provinsi NTB Nuryanti mengatakan, produk-produk Industri Kecil Menengah (IKM) yang berdaya saing adalah produk yang sudah terstandaridsasi, kemasannya menarik, dan berkualitas untuk ekspor.

    “Produk yang distandardisasi ini, saya berharap kita menjadi konsumen cerdas, memulai mendidik IKM dan UKM kita, minimal produk makanan itu standar Produk Industri Rumah Tangga (P-IRT), dan halal. Itu dua kunci konsumen cerdas untuk memilih produk-produk lokal,” kata Nuryanti dalam siaran RRI Mataram, Senin (1/3/2021).

    Dengan adanya standardisasi, maka akan menumbuhkan semangat IKM untuk memiliki P-IRT. Menurut Nuryanti, IKM tidak cukup hanya membuat dan mampu mengemas, melainkan juga diperlukan standardisasi agar memiliki daya saing.

    Oleh karena itu, Pemerintah selalu mendorong IKM-IKM agar memiliki standar P-IRT, BPOM, dan label halal. Sehingga produk IKM yang dihasilkan mampu menghadirkan produk-produk yang aman pangan bagi konsumen.

    “Konsumen cerdas, kami harapkan juga mampu memberikan kritik dan saran ketika berbelanja pilih yang sudah terstandar minimal sudah ada P-IRT dan label halal,” katanya.

     

    Pendekatan ke IKM

    Adapun Pemerintah sendiri melalui Dinas Perindustrian terus berupaya melakukan pendekatan untuk memotivasi IKM agar mereka mampu melakukan inovasi-inovasi. Sehingga IKM-IKM tersebut mampu berdaya saing.

    “Daya saing berikutnya adalah produk-produk dalam bentuk kemasannya, tampilan, desain itu juga walaupun hal biasa ketika ada keunikan yang ditampilkan maka memberikan daya saing bagi produk IKM,” ujarnya.

    Nantinya, bagi IKM-IKM yang sudah memenuhi standardisasi, dan berkualiats maka akan didampingi untuk dilakukan ekspor.

    “Dengan standar yang sudah ditentukan itulah daya saing produk kita bisa bersaing dengan produk lainnya,” pungkasnya.

     

    Berpikir Kritis Penting saat Ambil Keputusan Bisnis

    Berpikir kritis (Critical thinking) merupakan keterampilan yang memungkinkan seseorang membuat keputusan yang logis, berdasarkan data yang didapat yang kemudian diolah sesuai kemampuan untuk dijadikan informasi.

    Faculty Member Business Economics Universitas Prasetiya Mulya dan COO BE Corp Consulting Isti Budhi Setiawati, mengatakan critical thinking bisa membantu para pelaku usaha Industri Kecil Menengah (IKM) dan usaha lainnya dalam mengambil keputusan terkait bisnisnya.

    “Kenapa critical thinking itu penting dan thinking-thinking lainnya? Saya selalu ngomong thinking-thinking lainnya karena banyak sekali thinking ketika dikolaborasikan menjadi skill yang sangat powerfull dalam seseorang melaksanakan bisnisnya dan mengambil keputusan,” kata Isti dalam Talkshow Strategi Bisnis Kreatif bersama Kementerian Perindustrian, Kamis (3/12/2020).

    Itulah kenapa critical thinking menjadi hal yang krusial di dalam menjalankan bisnis bagi pelaku IKM terutama untuk CEO-CEO atau pemilik bisnis atau orang-orang yang kreatif dalam memulai bisnis yang baru.

    Kata Isti, sebenarnya yang penting dalam menjalankan bisnis itu ada 3, yakni analytical thinking, critical thinking, dan creative thinking. 3 hal itulah yang paling sering dipakai oleh entrepreneur dalam memulai dan menjalankan usahanya.

    “Karena pertanyaan utamanya saya bisa apa dengan ini, dan apa yang bisa saya buat, tentunya analytical thinking itu penting untuk menciptakan sesuatu yang belum ada atau yang sudah ada kita modifikasi,” ujarnya.

    Lanjut Isti, orang yang sudah tahu permasalahan mengenai bisnisnya melalui analytical thinking, kemudian dia akan muncul critical thinking. Di mana ia memiliki rasa ingin tahu yang tinggi mengenai bisnisnya.

    Oleh karena itu, critical thinking dibutuhkan untuk memecahkan masalah selanjutnya. Misalnya Anda menganalisis produk apa yang belum ada, lalu tercetuslah cilok berwarna hijau karena belum ada yang menjual.

    Selanjutnya dengan critical thinking Anda akan mencari tahu lebih lanjut bagaimana menciptakan cilok warna hijau dengan sawi misalnya. Tentunya Anda mencari tahu keunggulan dan manfaat sawi untuk kesehatan agar tidak membahayakan konsumen, dan bagaimana cara mengolah sawi agar memberikan warna yang bagus, dan lainnya.

    Dengan begitu Anda dipaksa untuk berpikir kreatif (creative thinking). Menurut Isti dari 3 hal thinking itu saling dibutuhkan. “Critical thinking dengan creative thinking kalau digabung itu akan memberikan yang namanya problem solving, karena kita sudah kreatif dan tahu posisi kita ada dimana,” pungkasnya. 

    Ilustrasi e-Commerce (iStockPhoto)