Sukses

Persija Jakarta berdiri pada 28 November 1928. Persija merupakan klub kebanggaan masyarakat Jakarta.

Informasi Klub

  • JulukanPersija Jakarta
  • Berdiri diDKI Jakarta
  • Tanggal28 November 1928
  • StadionGelora Bung Karno (78.127 penonton)
  • PelatihCarlos Peña
  • PresidenMohammad Prapanca

Prestasi

  • Juara Liga Perserikatan1931, 1933, 1934, 1938 (sebagai VIJ Jakarta), 1954, 1964, 1973, 1975, 1979
  • Runner-Up1932 (sebagai VIJ Jakarta), 1951, 1952, 1978, 1988
  • Juara Liga Indonesia (Liga 1)2001, 2018
  • Piala Presiden2017-18
  • Piala Kemenpora2021

Prestasi Lain

  • Juara Piala Bang Ali1977
  • Runner-Up Piala Indonesia2005, 2019
  • Juara Piala Emas Bang Yos2003
  • Juara Trofeo Persija2011, 2012, 2014, 2016
  • Juara Piala Siliwangi1976, 1978
  • Juara Piala Jusuf1977
  • Juara Piala Surya1978
  • Juara Piala Marah Halim1977

Berita Terkini

Lihat Semua

Persija Jakarta, didirikan pada 28 November 2016, adalah klub kebanggaan masyarakat Jakarta. Klub yang dijuluki Macan Kemayoran ini merupakan salah satu klub bergengsi di kancah sepak bola nasional. Klub ini telah meraih sembilan gelar juara Liga Perserikatan dan sekali Juara Liga Indonesia. Klub ini juga dikenal dengan rivalitasnya terhadap Persib Bandung. Rivalitas ini tak hanya terjadi di dalam lapangan, namun juga di luar lapangan, melibatkan pendukung fanatik kedua klub.

Persija Jakarta merupakan nama lawas di dunia sepak bola Indonesia. Klub asal kota Jakarta itu lahir dengan nama Voetbalbond Indonesia Jacatra pada November 1928. Sebagai klub yang berdiri di Ibu Kota, prestasi Macan Kemayoran begitu gemilang. Persija merupakan salah satu klub pendiri PSSI dan juga peraih gelar juara terbanyak di Indonesia, yakni 10 kali.

Langkah Persija di kompetisi PSSI sudah terekam sejak tahun 1931, di mana Persija menjadi juara kompetisi sepak bola pertama yang diadakan oleh kaum pribumi. Di masa berama VIJ, Persija meraih empat gelar juara di tahun 1931, 1933, 1934 dan 1938.

Di era Perserikatan Persija menancapkan tajinya di Indonesia. Tahun 1954, Persija menjadi juara dengan materi bintang lawas, seperti: Tan Liong Houw, Him Tjiang, Chris Ong, serta Djamiaat Dalhar.

Bahkan klub yang identik dengan warna Merah-Putih ini pernah merasakan gelar juara tanpa terkalahkan di tahun 1964 plus era emas di 1970-an. Pada era di mana rambut kribo, gondrong, dan celana cut bray jadi idola, Tim Macan Kemayoran meraih tiga gelar juara dalam satu era yakni di tahun 1973, 1975 dan 1979.

Tapi sejak 1979, prestasi Persija mengalami penurunan akibat regenerasi pemain bintang tak berjalan dengan mulus. Bahkan di tahun 1985, Persija hampir mengalami degradasi ke Divisi 1 PSSI. Baru di saat Ir Todung Barita Lumbanraja menjadi Ketua Umum, Persija kembali ke percaturan juara PSSI.

Bambang Pamungkas, Legenda Hidup Persija

Bambang Pamungkas atau kerap disapa Bepe (sapaan akrabnya) lahir di Semarang 10 Juni 1980. Pemain yang juga menjadi ikon Persija Jakarta ini mulai mengawali karier sepak bola saat berusia delapan tahun.

Kala itu, Bambang memulai perjalanan kariernya bersama Sekolah Sepak Bola (SSB) Hobby Sepak Bola Getas (1988-1989).

Hasil kerja kerasnya membuatnya mendapatkan kontrak dari Persija pada 1999. Keputusan memilih klub Ibu kota menjadi langkah tepat bagi Bepe, sebab pemain bertubuh tinggi 170 cm menjadi pemain dengan torehan gol terbanyak Persija total 137 gol.

Ricuh di GBK, Diskors 6 Laga Kandang

Rapat gabungan antara pemerintah, klub, dan PT GTS menjatuhkan hukuman kepada suporter Persija Jakarta, The Jakmania. Hukuman tersebut berupa larangan menonton dengan atribut Persija hingga akhir ajang Torabika Soccer Champions presented by IM3 Ooredoo.

Dalam pertemuan yang berlangsung di Kantor Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Senin (27/6/2016), hukuman juga diberikan kepada Persija. Tim berjuluk Macan Kemayoran itu diganjar sanksi tidak boleh menjadi tuan rumah sebanyak enam pertandingan.

Bentrok Suporter di Luar Lapangan dengan Bobotoh

Bukan hanya sekadar gengsi, duel Persija Jakarta kontra Persib Bandung selalu panas. Tak hanya di dalam lapangan, aroma persaingan juga terjadi di antara suporter kedua kesebelasan.

Persaingan antara Persija dan Persib juga diikuti suporternya, yakni The Jakmania (sebutan suporter Persija) dan Bobotoh (julukan suporter Persib). Dua fans fanatik tersebut sering terlibat adu jotos ketika bertemu.

Kerusuhan terhebat antara The Jakmania dan Bobotoh terjadi pada 27 Mei 2014. Peristiwa yang terjadi di SUGBK itu menewaskan tiga orang. Hal itu terjadi karena pihak kepolisian melarang Bobotoh masuk ke dalam stadion.

BINTANG: ISMED SOFYAN

Ismed Sofyan merupakan pemain paling senior di Persija. Bek sayap kanan asal Aceh sudah 14 tahun (sama dengan nomor punggung yang dipakai) membela Tim Macan Kemayoran.

Ismed mulai berkostum Persija pada Liga Indonesia musim 2003, setelah sebelumnya membela rival sekota Persijatim Solo FC pada tahun 2001-2002.

Uniknya Ismed menjalani debut di Tim Oranye saat Persija bersua Persijatim di Stadion Lebak Bulus, Jakarta, pada Minggu, 12 Januari 2003. Saat itu Persija kalah tipis 1-2.

Pemain kelahiran Tualang Cut, 28 Augustus 1979 silam itu memang istimewa. Selain memiliki umpan silang yang aduhai, Ismed memulai karier sepak bolanya dari PSBL Langsa itu juga menguasai beberapa posisi. Meski sangat fasih bermain sebagai bek kanan, ia juga ampuh jika dijadikan sebagai bek kiri, gelandang serang, dan penyerang.

"Saya baru benar-benar paten bermain di posisi bek sayap kiri sejak bermain di Persijatim," ungkap Ismed yang mengaku mengidolai sosok striker legendaris Aceh, Irwansyah.

Kini sebagai pemain yang paling senior di Persija, Ismed menjadi panutan pemain-pemain muda yang mendominasi skuat tim ibu kota. Usianya boleh gaek, namun jika bicara konsistensi permainan, Ismed tak kalah kelas dibanding para juniornya.

Pemain yang kini berusia 41 tahun telah mengantongi lisensi kepelatihan B AFC guna persiapan menjadi Pelatih Sepakbola usai Pensiun nanti.

Â