Informasi Pribadi
- ProfesiPemain Sepak Bola
- Nama LengkapWitan Sulaeman
- Tempat LahirPalu, Indonesia
- Tanggal Lahir8 Oktober 2001
- KebangsaanIndonesia
- KlubFK Radnik Surdulica
- PosisiSayap kanan
- Nomor Punggung88
- Tinggi/Berat Badan167/64
Karier Junior
- SSB Galara Utama(2013-2016)
- SKO Ragunan(2016-2019)
Karier Senior
- PSIM Yogyakarta(2019-2020)
- FK Radnik Sudurlica(2020-Sekarang)
Karier Tim Nasional
- Timnas Indonesia U-19(2017-2018)
- Timnas Indonesia U-23(2019-Sekarang)
- Timnas Indonesia Senior(2021-Sekarang)
Witan Sulaeman merupakan salah satu wonderkid asal Indonesia yang kini meniti karier di Eropa. Bersama FK Radnik Surdulica, Witan berusaha mengasah kemampuannya untuk terus berkembang melampaui batasan dirinya.
Meski memiliki tekad yang kuat untuk meningkatkan kualitas dirinya, namun jam terbang yang diberikan oleh klub yang berdiri pada 1926 itu begitu minim. Tercatat sejak pertama kali mendarat di Serbia, Witan hanya tampil di lima laga dan tak pernah bermain sejak menit awal.
Bahkan apabila dikonversi dalam hitungan menit, pemain kelahiran Palu tersebut baru bermain selama 110 menit selama dua musim membela FK Radnik Surdulica. Miris memang, melihat pemain bertalenta tinggi asal Tanah Air tidak memperoleh jatah bermain lebih, tetapi semua itu butuh proses dan Witan percaya akan hal itu.
Ditempa Sejak Dini
Terlahir dari keluarga sederhana, Witan tumbuh menjadi remaja yang tak mudah menyerah. Ia selalu fokus terhadap cita-cita yang ingin digapainya dengan mendalami sepak bola secara otodidak bersama teman sebayanya.
Disisi lain, ayahnya yang hanya seorang pedagang sayur acapkali membuat Witan tak tega untuk meminta berbagai keperluan pendukung demi menggapai mimpinya sebagai pesepakbola andal. Ia lebih memilih menunggu momen yang tepat untuk membuka jalan meraih apa yang diinginkan.
Tak butuh waktu lama, momen itu hadir kala dirinya memasuki jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP), ia berkesempatan untuk mengikuti Sekolah Sepak Bola (SSB) Galara Utama di Palu. Di sana, ia mengikuti beberapa kompetisi usia muda, seperti Liga Pelajar di Palu, hingga Piala Menpora.
Tiga tahun menimba ilmu di SSB Galara Utama membuat Witan semakin berambisi meraih impiannya. Ia kemudian memutuskan untuk merantau ke Jakarta demi mengikuti seleksi masuk Sekolah Khusus Olahragawan (SKO) Ragunan.
Selain demi meraih cita-cita, alasan ekonomi menjadi salah satu motif Witan untuk nekat mengadu nasib di Jakarta. Untungnya, berkat kemampuan serta doa dari sang ayah yang setia menemani Witan kemana pun dirinya pergi, pemain kelahiran 8 Oktober 2001 itu berhasil lolos untuk melanjutkan pendidikan sekaligus mimpinya sebagai seorang pesepak bola di SKO Ragunan.
Mimpi yang Menjadi Nyata
Menjadi salah seorang siswa di SKO Ragunan tampaknya merupakan pilihan yang tepat dalam hidup Witan. Pasalnya, SKO Ragunan telah membuka peluang Witan untuk menjadi pesepak bola profesional seperti sekarang.
Seperti diketahui, Witan berhasil dijaring pelatih Timnas Indonesia U-19 kala itu, Indra Sjafri, yang menilainya memiliki kemampuan lebih untuk membela merah putih. Turnamen pertama yang ia lakoni waktu itu adalah bertanding di ajang Toulon Turnamen 2016 di Prancis.
Sejak saat itu, nama Witan terus menggema berkat kemampuan briliannya mengolah si kulit bundar, baik di sisi kiri maupun sisi kanan pertahanan lawan. Ia bahkan menjadi salah satu pemain yang tak tergantikan kala Timnas Indonesia U-19 berlaga di ajang Piala AFF 2017 dan 2018.
Tak berhenti di Timnas Indonesia U-19, Witan juga menjadi penyerang sayap andalan skuat Timnas Indonesia U-23 ketika berlaga di ajang SEA Games 2019 dan ajang AFF U-22 pada tahun yang sama.
Pindah ke Eropa saat Berusia Matang
Selain membela Timnas U-21 di ajang SEA Games 2019, Witan sempat membela klub Liga 2 Indonesia, PSIM Yogyakarta. Ia membela Laskar Mataram kurang lebih selama setengah musim hanya untuk menggenapkan umurnya di usia 18 tahun.
Maklum, Witan sejatinya sudah dilirik klub Eropa sejak tampil gemilang bersama Timnas Indonesia U-19, tetapi karena adanya regulasi terkait usia membuatnya harus menahan diri sedikit lebih lama. Disisi lain, PSIM Yogyakarta juga tak keberatan dengan alasan Witan yang "numpang" selama beberapa bulan demi menjaga kebugaran tubuhnya sebelum berangkat ke Eropa.
Hingga, pada 10 Februari 2020, menjadi tanggal yang bersejarah bagi dirinya serta orang terdekatnya. Sebab, Witan resmi berseragam FK Radnik Surdulica dengan durasi kontrak selama 3,5 tahun.
Ia menjadi pemain eks Timnas Indonesia U-19 era Indra Sjafri yang berhasil menembus skuat Eropa berkat kegigihannya dalam bermain. Witan yang kini berusia 20 tahun masih haus akan ilmu dan mempelajari sepak bola lebih dekat di tanah para juara.
Masih Menjadi Pilihan di Era Shin Tae-Yong
Kini, Timnas Indonesia U-19, U-23, hingga Timnas Indonesia senior dinahkodai pelatih asal Korea Selatan, Shin Tae-Yong. Sama seperti pelatih asal Asia Timur lain, Shin Tae-Yong dikenal sebagai pelatih yang disiplin dan tidak mentolerir kesalahan yang dibuat anak asuhnya.
Witan yang kini berkarier di Eropa tentu memiliki kebiasaan yang berbeda dengan mayoritas pemain Indonesia yang berkarier di dalam negeri. Mulai dari tingkat kedisiplinan, intensitas latihan, hingga persaingan ketat dengan pemain bertalenta lain yang saling sikut menembus skuat utama.
Dengan kemampuan, tekad yang kuat, serta kebiasaan bagus yang dibangun bersama FK Radnik Surdulica, Shin Tae-Yong sudah memastikan satu tempat untuk Witan di dalam skuat Timnas Indonesia senior yang akan berlaga di ajang Kualifikasi Piala Dunia 2022 dan bersama Timnas Indonesia U-23 untuk melakoni Kualifikasi Piala AFC U-23 2022.
Patut ditunggu kiprah Witan, Egy Maulana Vikri, Asnawi Mangkualam, hingga Syahrian Abimanyu ketika membela Timnas Indonesia di beberapa ajang yang akan datang. Apakah para pemain pemberani yang memutuskan berkarier di luar negeri tersebut mampu mengangkat derajat Merah Putih atau tetap stagnan tanpa prestasi.