Sukses

Operator Siap Berbagi Infrastruktur Jaringan, Asal...

Di tengah kompetisi ketat saat ini, tidak mungkin operator menaikkan tarif dan mengorbankan kualitas layanan demi menghemat investasi.

Liputan6.com, Jakarta Meningkatnya trafik data karena tingginya adopsi smartphone mau tak mau memaksa operator telekomunikasi untuk terus memperkuat infrastruktur jaringannya agar kualitas layanan terjaga. Akibatnya belanja modal pun membengkak.

Namun di tengah kompetisi ketat saat ini, tidak mungkin operator berani menaikkan tarif dan mengorbankan kualitas layanan demi menghemat investasi belanja modal. Solusi yang layak dipertimbangkan adalah dengan berbagi infrastruktur (infrastructure sharing).

"Dengan adanya infrastructure sharing antar operator, ini bisa menghemat biaya investasi 40%", tutur Hasnul Suhaimi, Presiden Direktur XL Axiata di acara diskusi bertajuk 'Berbagi Infrastruktur Kurangi Defisit Neraca Perdagangan' di Balai Kartini, Selasa (18/3/2014).

Hasnul menyatakan pihaknya siap berbagi jaringan asalkan masalah teknis dan regulasinya jelas dari pemerintah. Hal senada juga disampaikan oleh President Director & CEO PT Indosat Tbk, Alexander Rusli.

"Bagi kami cost saving is a must. Infrastructure sharing  adalah masalah yang krusial, apalagi sejak adanya kasus IM2", ujar Alex blak-blakan.

Alex berpendapat bahwa aturan infrastructure sharing di Indonesia berjalan lambat. Alex berharap pemerintah bisa membantu mempercepatnya.

Di sisi teknis, tidak semua operator memiliki frekuensi yang sama sehingga hal ini bisa berpengaruh saat pembangunan infrastruktur. Sementara sisi regulasi berkaitan dengan modern licensing. Dalam lisensi yang dimiliki setiap operator ada kewajiban modern licensing yang harus dipenuhi, terutama dalam pembangunan jaringan.

Hasnul menambahkan, di luar negeri tren berbagi infrastruktur sudah dilakukan. Namun di Indonesia hal ini masih perlu dibahas secara jelas oleh pemerintah dan operator bersangkutan.

"Pemerintah perlu memformulasikan regulasi yang jelas untuk mengakomodasi infrastructure sharing  antar operator dan memastikan regulasi modern licensing  dapat dicari solusinya", jelas Hasnul.

Untuk diketahui saja, untuk belanja infrastruktur berupa perangkat audio dan stasiun pemancar operator diperkirakan menghabiskan dana USD 10 miliar atau sekitar Rp 120 triliun selama tahun 2013.

Angka impor perangkat jaringan telekomunikasi diperkirakan akan semakin tinggi seiring kehadiran teknologi 4G karena operator sudah pasti akan terus memperkuat jaringannya.