Liputan6.com, Bandung Pasar prosesor perangkat mobile semakin kompetitif meskipun masih didominasi oleh Qualcomm. Menurut data dari lembaga riset Strategy Analytics, Qualcomm masih terus memimpin dengan porsi pendapatan 53%, diikuti oleh Apple 18% dan MediaTek 10%.
Dan belakangan ini persaingan di ranah prosesor mobile semakin dinamis dengan makin banyaknya perusahaan pembuat prosesor yang bermain di ranah mobile. Geliat dari produsen prosesor MediaTek yang dikenal dengan harganya yang terjangkau, semakin kuatnya brand Exynos dari Samsung dan Intel yang kian memfokuskan diri di pasar mobile ternyata sudah jadi perhatian Qualcomm.
Meski pesaing makin banyak, Qualcomm mengklaim tak takut bersaing di pasar prosesor mobile. Lalu apa strategi yang dijalankan Qualcomm agar bisa bertahan?
"Kita tentu sudah menyiapkan segala kemungkinan yang akan muncul di pasar. Namun, saya tidak bisa mengungkap apa saja strategi yang akan dilakukan Qualcomm," kata Dominikus Susanto, Technical Account Manager Qualcomm Indonesia.
Ditemui di sela acara Media Outing Lenovo di Lembang, Bandung, Susanto juga memaparkan bahwa setiap brand prosesor memiliki kekuatan masing-masing. Qualcomm juga menyerahkan keputusan pemilihan prosesor yang akan dipakai handset sepenuhnya kepada masing-masing vendor.
"Tiap brand pastinya punya kelebihan masing-masing baik dari ketersediaan aplikasi maupun performanya. Tapi soal brand prosesor mana yang dipilih tentunya ada di vendor untuk menyesuaikan dengan kebutuhan penggunanya," tandasnya.
Qualcomm Tak Takut Bersaing di Pasar Prosesor Mobile
Meski pesaing makin banyak, Qualcomm mengklaim tak takut bersaing di pasar prosesor mobile.
Advertisement