Sukses

Bos Huawei Tak Terkejut AS Sadap Perusahaannya

Tindakan penyadapan yang dilakukan pihak Amerika Serikat sudah diperkirakan Huawei.

Liputan6.com, China - Pendiri sekaligus CEO Huawei Ren Zhengfei mengatakan bahwa dirinya tidak terkejut ketika mendengar perusahaannya dimata-matai National Security Agency (NSA). Ia bahkan menegaskan bahwa tindakan tersebut tidak akan merusak reputasi perusahaan dan hubungan pelanggan.

New York Times dan Der Spiegel pada Maret 2014 melaporkan bahwa dokumen yang dibocorkan oleh mantan kontraktor NSA Edward Snowden menunjukkan bahwa NSA telah mengakses server Huawei yang berada di kantor pusat di Shenzhen untuk memperoleh data sensitif dan memonitor komunikasi eksekutif.

"Tindakan penyadapan yang dilakukan pihak Amerika Serikat sudah diperkirakan. Itu telah terbukti," kata Ren Zhengfei seperti dikutip dari laman Reuters, Senin (5/5/2014).

Ren menyebut, bukan hanya orang-orang Amerika Serikat saja yang tertarik melakukan aksi ini. Pasalnya Huawei adalah perusahaan pembuat peralatan telekomunikasi terbesar kedua di dunia dan produsen smartphone terbesar ketiga di dunia.

Lebih lanjut Ren mengatakan bahwa tindakan itu tidak akan merusak reputasi perusahaan dengan pelanggan telekomunikasi utama mereka di Eropa dan Asia, terkait sistem keamanan yang ada pada produknya.

"Bisnis yang kami jalankan bersama pelanggan dibangun atas saling pengertian selama dua sampai tiga dekade. Oleh karena itu, kejadian ini tidak akan berdampak besar pada operasi bisnis kami," tambah Ren.

Seperti yang diketahui, NSA dicurigai memiliki operasi khusus yang disebut `Shotgiant`untuk memata-matai Huawei. Shotgiant adalah pendurung NSA untuk mendapatkan korespondensi email dan rahasia bisnis Huawei.

NSA bahkan dikabarkan telah mendapat kode sumber untuk mengakses individu yang menggunakan produk Huawei. Dalam laporan itu NSA dikatakan bisa mendapatkan email perusahaan yang dibuat pada Januari 2009 lalu.

Email itu ditulis oleh Chairman Huawei Sun Yafang dan Ren sendiri. Keberhasilan NSA mendapat akses ke email itu disinyalir memungkinkan NSA mengakses data lainnya yang dimiliki Huawei.