Sukses

Tips Aman Simpan Data di Cloud Computing

Denny Sugiri selaku Auditor Information Security Management System (ISMS) berbagi tips aman ketika ingin menyimpan data di cloud computing.

Liputan6.com, Jakarta - Tanpa disadari, sebenarnya kita sudah lama memanfaatkan teknologi cloud computing atau komputasi awan. Misalnya ketika Anda update status di media sosial seperti Facebook atau memposting tweet di Twitter secara tidak langsung Anda telah menggunakan cloud.  

Salah satu penggunaan cloud yang saat ini marak digunakan adalah untuk penyimpanan data. Layanan komputasi awan seperti Dropbox, Google Drive, dan MediaFire memungkinkan Anda untuk menyimpan file dan mengaksesnya dari mana saja melalui jaringan internet.

Menyimpan data di cloud berarti Anda dapat melihat dan mengaksesnya kapan pun dan dimana pun. Banyak orang yang menggunakan komputasi awan sebagai jasa penyimpanan data untuk menjaga agar data tetap aman.

Meskipun sistem keamanan untuk fasilitas penyimpanan data di layanan cloud tergolong canggih, bukan berarti data yang tersimpan selalu aman. Agar terhindar dari serangan hacker, Denny Sugiri selaku Auditor Information Security Management System (ISMS) berbagi tips aman ketika menyimpan data di cloud.

"Hal pertama yang perlu dipahami pengguna ketika ingin menggunakan layanan cloud computing adalah harus memahami prosedur yang ada. Misalnya pada layanan cloud yang gratis, seperti Google Drive, pengguna terlebih dulu harus memberikan persetujuan apakah data mereka boleh diakses oleh Google atau tidak," kata Denny di Kuningan Royal Hotel, Jakarta.

Pasalnya, lanjut Denny, layanan cloud milik Google itu memiliki aturan untuk memperbolehkan pengelola cloud mereka mengakses data milik pengguna. "Data itu biasanya digunakan Google untuk bahan studi dan untuk mengetahui kebiasaan pengguna sehari-hari," tambahnya.

Selain itu, Denny memaparkan, pengguna diharuskan secara rutin mengganti password mereka. Misalnya setiap tiga bulan sekali atau enam bulan sekali. Hal itu disebut sebagai salah satu cara yang mudah dan efisien untuk melindungi pengguna internet dari serangan hacker.

"Username dan password harus berbeda di setiap layanan internet yang digunakan. Kebanyakan pengguna memakai password yang sama di setiap akunnya. Sebagai contoh, akun Facebook, Twitter, dan bahkan password email dibuat sama persis. Itu sangat rentan," tukas Denny.  

Denny menyarankan pengguna untuk memakai simbol atau angka untuk meningkatkan kerumitan password. Pertanyaan keamanan juga tidak boleh dianggap remeh, sebisa mungkin ciptakan pertanyaan khusus yang jawabannya hanya diketahui oleh pengguna.   

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini