Liputan6.com, Game freemium atau game yang bisa dimainkan secara gratis adalah salah satu industri yang saat ini sedang populer. Bahkan jenis game Free to Play (FTP) ini dianggap mampu menjadi penyelamat industri game karena memberikan alternatif lain bagi para gamer.
Ada pula gamer yang menyukainya dan membencinya. Kelompok pertama memiliki jumlah yang lebih besar, sementara kelompok kedua adalah gamer yang biasanya bermain game online.
Bisa dibilang, game freemium bisa menjadi topik yang sangat sensitif. Lalu, apakah game freemium merupakan jenis game yang bagus atau buruk? Yang pasti, game freemium sangat menguntungkan.Â
Tiga perusahaan pembuat game, seperti King, Supercell, dan GungHo Online melaporkan pendapatan kolektif sebesar US$ 4,4 juta atau sekitar Rp 52, 5 miliar pada tahun 2013. Demikian seperti dikutip dari Guardian.
Bukan itu saja, game teratas yang memuncaki toko aplikasi Apple App Store dan Google Play Store, didominasi oleh game freemium. Minecraft adalah satu-satunya game berbayar yang mampu bertengger di deretan 50 game terpopuler.
Pun demikian, banyak kalangan yang mengkritik bahwa game gratisan hanya dirancang untuk monetisasi bisnis, bukan untuk hal yang menyenangkan. Bahkan para pelaku industri ini juga banyak yang melakukan trik dengan memainkan psikologis para gamer melalui sistem in-game cash pada game online atau in-app purchase pada game mobile.
Sistem itu secara tidak langsung menyuruh gamer untuk membeli konten digital agar bisa membuka level baru permainan, membeli uang virtual atau barang virtual pada game, melakukan subscription, dan item-item khusus yang disediakan pada game.
Dengan begitu, para gamer yang mencintai game yang dimainkannya, mau tidak mau diharuskan membayar untuk menyelesaikan permainan.
Game Gratis, Banyak Disukai Tapi Juga Dibenci
Game gratisan dianggap hanya dirancang untuk monetisasi bisnis, bukan untuk hal yang menyenangkan.
Advertisement