Liputan6.com, California - Sebuah pernyataan cukup mengejutkan dilontarkan oleh salah seorang petinggi di divisi keamanan Android. Adrian Ludwig yang menjabat sebagai Android Security Chief pada sebuah kesempatan wawancara mengatakan bahwa penggunaan aplikasi anti virus adalah tindakan percuma, hanya membuang-buang waktu saja.
Ludwig menjelaskan, sebagian besar pengguna Android yang mengandalkan aplikasi mobile anti virus tidak akan mendapatkan manfaat apa-apa. Ia juga bahkan dengan tegas menyebutkan bahwa serangan malware di Android adalah sebuah isu yang dibesar-besarkan.
Ludwig bahkan tanpa ragu menuduh para produsen anti virus telah melebih-lebihkan fakta terkait serangan malware ke sistem operasi Android.
"Menurut saya 99% pengguna anti virus tidak akan mendapatkan manfaat apa-apa. Anda sebenarnya tidak punya alasan untuk menginstal sebuah aplikasi anti virus di luar program keamanan yang sudah kami sediakan," papar Ludwig seperti yang dilansir laman Naked Security, Rabu (16/7/2014).
"Jika saya bekerja di bidang tertentu yang harus mengamankan data di dalam ponsel, mungkin saya butuh anti virus. Tapi menurut saya rata-rata pengguna Android tidak perlu menginstal anti virus," sambungnya.
Sistem operasi Android sudah bukan rahasia lagi memang memiliki reputasi keamanan komputasi yang sangat buruk. Posisinya sebagai platform open-source membuat para pembuat malware menjadikan Android sebagai 'surga' bagi malware buatannya.
Namun terkadang kebanyakan pihak cenderung berlebihan ketika menemukan celah keamanan pada Android. Contohnya seperti sebuah kasus yang melibatkan produsen komputer kawakan asal Amerika Serikat, IBM.
Saat itu IBM sempat melaporkan celah keamanan pada Android yang mereka temukan kepada tim Keamanan Android di Google. Tapi anehnya, ketika IBM melaporkan soal celah itu, respons yang diberikan Google tak begitu mengejutkan.
Pasalnya ketika diselidiki, celah itu hanya mempengaruhi sistem operasi Android versi 4.3, bukan pada versi sebelum ataupun sesudahnya. Jadi celah itu hanya mempengaruhi sekitar 10% ekosistem Android yang ada. Dan Google pun sudah mengetahui penangkalnya.