Liputan6.com, Jakarta - Apakah Anda merasa hampa atau bahkan panik jika berada jauh dari smartphone? Dunia terasa 'kiamat' karena merasa tidak terhubung dengan banyak orang dan kehilangan banyak informasi?
Bila begitu kondisinya, mungkin Anda sudah mengidap Nomophobia: merasa kehilangan atau rasa takut berlebihan ketika berada jauh dari smartphone. Nama Nomophobia sendiri muncul empat tahun lalu dari hasil studi yang dirilis oleh para psikolog di Inggris. Sejak saat itu penelitian terkait Nomophobia terus berlanjut hingga kini.
Berdasarkan survei yang dirilis situs berita Huffington Post pada September 2013, 64% penggunaan telepon pintar berusia muda antara 18-29 tahun diketahui selalu tertidur dengan membawa smartphone atau tablet ke tempat tidur.
Sedangkan survei lain yang dilakukan oleh Harris Interactive mengungkapkan 63% responden selalu mengecek smartphone paling sedikit satu kali tiap jam. Sementara ada sebagian kecil, tepatnya 5% responden yang mengaku akan mengecek smartphone per lima menit sekali.
Dr. David Greenfield, asisten professor di University of Connecticut School of Medicine mengatakan, kecanduan smartphone memiliki pola yang sama dengan jenis kecanduan lainnya yang melibatkan hormon dopamine. Hormon ini merupakan neurotransmitter yang fungsinya mengontrol pusat otak, khususnya dalam hal penghargaan terhadap sesuatu hal.
"Tiap kali ada notifikasi dari smartphone, Anda akan mengalami peningkatan dopamin yang mengarahkan otak Anda untuk berpikir bahwa ada sesuatu yang sangat menarik, apakah itu pesan teks atau email yang sudah Anda tunggu, atau berbagai hal lainnya," ungkap Greenfield seperti yang dilansir laman Business Insider, Rabu (6/8/2014).
Menariknya, psikiater Dale Archer mengatakan bahwa Nomophobia mungkin tidak akan disadari oleh orang yang mengidapnya. Sebab, ini adalah jenis phobia yang mungkin gejalanya dimiliki hampir semua orang yang menggunakan perangkat mobile di dunia ini.
"Tidak ada yang menyadari atau mengakui mengidap phobia ini. Ditambah lagi, efek yang disebabkan oleh phobia ini juga tidak terlalu mengganggu baik bagi kesehatan fisik ataupun mental, mungkin hanya 1% yang benar-benar terganggu hidupnya karena phobia ini," papar Archer.