Sukses

Steve Jobs Dituduh Hambat Karir Para Pekerja di Silicon Valley

Apple, Google, Intel dan Adobe dinilai bersekongkol untuk tidak saling menerima karyawan yang berpindah.

Liputan6.com, California - Empat perusahaan rakasasa teknologi yang berbasis di Silicon Valley sedang menghadapi masalah besar. Apple, Google, Intel dan Adobe dilaporkan gagal mengajukan 'uang damai' sebesar US$ 350 juta kepada Pengadilan Distrik California, Amerika Serikat. Keempat perusahaan tersebut dituntut oleh serikat pekerja karena dituduh bersekongkol untuk menghalang-halangi perkembangan karir karyawan di masing-masing perusahaan.

Hakim Lucy Koh yang memimpin proses peradilan ini mengtakan bahwa pengajuan 'class action' yang ditawarkan keempat perusahaan tersebut terlalu rendah. Pasalnya kasus penghambatan karir pekerja ini dinilai cukup pelik dan sangat merugikan pihak pekerja.

Menurut yang dilansir laman Reuters, selain menolak class action, Hakim Lucy Koh juga mengungkapkan bahwa mantan CEO sekaligus pendiri Apple, Steve Jobs, terindikasi sebagai 'otak' konspirasi penghambatan karir yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan di Silicon Valley.

Pada laporannya Lucy Koh menuliskan terdapat 'bukti substansial dan menarik' yang terlambat disadari pihak penyidik. Bukti ini memperlihatkan bagaimana mendiang Steve Jobs memiliki pengaruh besar di antara para eksekutif perusahaan-perusahaan lain di Silicon Valley. Jobs pun dinilai paling berkontribusi dalam praktek penghambatan karir para insinyur teknologi di wilayah tersebut.

Dimulai sejak 2011

Kasus penghambatan karir para insinyur teknologi di Silicon Valley ini sudah dibawa ke pengadilan sejak 2011 lalu. Sejumlah karyawan di Apple, Google, Intel dan Adobe merasa diri mereka dibatasi oleh kebijakan 'tak tertulis' perusahaan yang membuat mereka sulit untuk pindah dari satu tempat kerja ke tempat kerja lain.

Apple, Google, Intel dan Adobe dinilai bersekongkol untuk tidak saling menerima karyawan yang berpindah. Sebagai contoh, jika ada karyawan Apple yang ingin pindah ke Google, maka pihak Apple akan mengabari Google untuk tidak menerima karyawan tersebut, begitupun sebaliknya.

Email Steve Jobs dan Eric Schmidt jadi bukti

Dalam kasus ini Hakim Koh menjadikan pertukaran email antara Steve Jobs dan mantan CEO Google Eric Schmidt sebagai bukti utama. Saat itu diketahui bahwa salah seorang petinggi Google mengajak karyawan Apple untuk bekerja di perusahaannya.

Jobs langsung mengirim surat pada Schmidt, dan Schmidt pun membalas dengan mengatakan, "Petinggi yang melakukan perekrutan itu akan kami pecat."

Ada pula email lain antar dua petinggi ini yang terungkap. Pada tahun 2006 Google berencana untuk membuka pusat rekayasa di Paris, Perancis. Ada 3 orang teknisi Apple yang berminat untuk bergabung ke pusat rekayasa itu, namun Jobs pun tak tinggal diam. Ia terbukti mengirim email pada Schmidt agar Google tidak menerima 3 orang karyawannya itu untuk bekerja di sana.

 

Â