Liputan6.com, Jakarta - Aplikasi penyewaan jasa transportasi mobil, Uber, tidak hanya menghadapi masalah dengan munculnya berbagai keluhan dari sejumlah negara termasuk Indonesia. Masalah lain yang dihadapi Uber adalah persaingannya dengan sang rival lain, Lyft.
Menurut Uber, para karyawan Lyft telah memesan dan kemudian membatalkan hampir 13.000 pesanan untuk mengacaukan bisnisnya. Belasan ribu pesanan itu tidak hanya melibatkan para karyawan, tapi juga salah satu pendiri Lyft.
Selain itu, Uber juga mengklaim bahwa para investor Lyft memaksa Uber untuk membeli Lyft. "Para pengemudi dan karyawan Lyft, termasuk salah satu pendirinya telah membatalkan 12.900 trip di Uber," kata juru bicara Uber.
Juru bicara itu melanjutkan, ketimbang membahas taktik Lyft selama bertahun-tahun, Uber memilih tetap fokus memberikan dan mempertahankan platform terbaik bagi konsumen dan pengemudi.
"Serangan dari Lyft sangat disayangkan, tapi kami memprediksinya. Sejumlah investor Lyft memaksa Uber mengakuisisi Lyft. Kami hanya bisa berasumsi bahwa serangan terbaru Lyft ini adalah bagian dari strategi itu," ungkap juru bicara tersebut.
Lyft membantah tudingan itu dan mengatakan bahwa perusahaan sedang menikmati pertumbuhan setiap bulannya.
Sebagai catatan, Uber dan Lyft tidak merekrut pengemudi. Kedua perusahaan menggunakan aplikasi smartphone untuk menyesuaikan para pencari taksi dengan pengemudi yang tersedia dan mendaftar di layanannya.
Dikerjai Pesaing, Uber Dibanjiri Ribuan Pesanan Palsu
Uber mengatakan bahwa para karyawan Lyft telah memesan dan kemudian membatalkan hampir 13.000 pesanan untuk mengacaukan bisnisnya.
Advertisement