Liputan6.com, Jakarta - Ketenangan PT Internux bermain di layanan telekomunikasi 4G lewat Bolt sebentar lagi akan terusik. Pasalnya, pemerintah sudah memutuskan bahwa PT Smartfren Telecom untuk pindah ke frekuensi 2300 Mhz yang juga dipakai Bolt.
Hadirnya 'pemain baru' dengan kekuatan yang terbilang lebih besar tentu bisa menjadi ancaman bagi sebuah perusahaan. Terlebih lagi, Bolt bisa dibilang masih anak baru di bisnis telekomunikasi bila dibandingkan Smartfren.
"Kita tidak takut dengan adanya kompetisi. Di industri telekomunikasi natural ketika pemain lama pindah ke 4G," ungkap Devid Gubiani, Chief Technology Officer Bolt saat ditemui tim Tekno Liputan6.com di kawasan SCBD.
Bahkan, Devid mengaku perusahaannya membutuhkan pemain lain yang bisa membantunya mengembangkan industri 4G yang masih terhitung baru. Pembangunan ekosistem diharapkan Bolt bisa lebih cepat dengan adanya pemain lain.
"Kita harapkan ini sebagai pembangun ekosistem saja, karena bagaimanapun industri perlu dikembangkan dan kita butuh orang lain untuk membantu mengembangkannya," tambah Devid.
Smartfren sekarang ini mengaku sedang berusaha membangun jaringan di frekuensi 2300 Mhz yang akan dipakainya. Rencananya, perusahaan itu akan menggelar layanan 4G pada awal tahun 2015.
Sementara itu, Bolt hingga saat ini mengklaim telah memiliki pelanggan sebanyak 650 ribu di seluruh Jabodetabek-Banten. Jumlah itu terpaut jauh dibandingkan Smartfren yang tercatat punya lebih dari 12 juta pelanggan di seluruh Indonesia.
Bolt Tak Takut Hadapi Smartfren di 4G LTE
Chief Technology Officer Bolt mengaku membutuhkan pemain lain yang bisa membantunya mengembangkan industri 4G yang masih terhitung baru.
Advertisement