Liputan6.com, Jakarta - Proses pindah jaringan PT Smartfren Telecom dari 1900 Mhz ke 2300 Mhz sedang dalam proses. Perusahaan itu mengaku butuh dana lebih besar dari yang diperkirakan sebelumnya.
Merza Fachys, Direktur Jaringan Smartfren sebelumnya memprediksi perusahaannya butuh dana sekitar Rp 3 triliun untuk membangun jaringan baru di frekuensi 2300 Mhz sebagai akibat kebijakan baru yang dikeluarkan pemerintah.
"Ternyata dana yang kita butuhkan lebih besar dari prediksi awal karena harus bangun jaringannya dari awal. Mungkin kebutuhan yang kita perlu buat bangun jaringan baru ini sekitar Rp 10 triliun," katanya.
Ia mengklaim bahwa pembengkakan jumlah pengeluaran yang dibutuhkan perusahaannya itu disebabkan semua perangkat radio di frekuensi 1900 Mhz tak dapat digunakan di frekuensi Smartfren yang baru.
"Semuanya dari 1900 Mhz itu sudah gak bisa dipakai. Kita harus ganti total karena memang gak bisa dimanfaatkan untuk jaringan baru di 2300 Mhz," tambah Merza yang juga menjabat sebagai Sekjen Asosiasi penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI).
Lebih lanjut, Merza mengaku perusahaannya saat ini baru menyediakan dana untuk biaya hak penggunaan (BHP) frekuensi di 2300 Mhz. Kemungkinan perusahaan itu harus membayar di atas Rp 3 triliun kepada pemerintah untuk dapat memakai frekuensi barunya itu.
"Belum keluar berapa tagihan BHP frekuensi di 2300 Mhz, tapi kita sediakan dananya. Mungkin bisa aja sekitar Rp 3,5-Rp 5 triliun, dan biaya BHP ini di luar alokasi dana pembangunan jaringan baru punya kita di 2300 Mhz," imbuh Merza.
Pemindahan frekuensi atau realokasi yang dipakai Smartfren ke 2300 Mhz telah lama direncanakan pemerintah. Saat ini, Smartfren menjadi satu-satunya operator telekomunikasi di dunia yang menggelar layanan di frekuensi 1900 Mhz.
Biaya Pindah Frekuensi Smartfren Membengkak
Smartfren sebelumnya memprediksi perusahaannya butuh dana sekitar Rp 3 triliun untuk membangun jaringan baru di frekuensi 2300 Mhz.
Advertisement