Liputan6.com, Jakarta - Hacking alias aksi peretasan semakin banyak dilakukan oleh para penjahat cyber. Nasabah bank disebutkan menjadi salah satu target yang kerap diintai para penjahat cyber dalam menjalankan hacking yang dilakukannya.
Beberapa waktu lalu nasabah dari beberapa bank besar di Indonesia dikabarkan menjadi korban peretasan. Pihak bank mengaku bahwa tindakan hacking itu dilakukan dengan menggunakan teknologi skimming yang ditempatkan di mesin anjungan tunai mandiri (ATM).
Menurut Sonny K. Dhaniswara, Ketua Umum Asosiasi Android Indonesia, ini merupakan trik yang disukai para peretas di Indonesia. Ditemui tim Tekno Liputan6.com di Jakarta, Sonny mengatakan bahwa hacker masih jarang menyerang platform milik perbankan langsung.
"Hacking di Indonesia lebih cenderung pakai cara tradisional yang memanfaatkan perangkat tambahan di dalam ruang ATM. Bisa pakai skimmer dan kamera kecil yang disimpan di dekat mesin bukan pakai sistem yang menghajar IT punya bank," ungkap Sonny.
Menurutnya, meskipun lebih suka memakai trik tradisional, hacker di Indonesia punya kemampuan yang cukup menakutkan bagi para pelaku industri perbankan. Ia pun mengaku bahwa komputer yang terhubung memiliki potensi untuk diretas.
"Komputer yang gak bisa diretas itu cuma komputer rusak. Sekarang yang harus kita upayakan ialah membuat celah yang membuka kemungkinan diretas itu semakin kecil saja," tandasnya.
Sonny dan tim Asanda memiliki aplikasi tambahan untuk para nasabah bank bernama MyBank. Aplikasi ini dibekali kemampuan pengamanan data dan celah hacking yang diklaim sangat aman dan bekerjasama dengan bank daerah, bank nasional bahkan bank internasional.
Hacker Bank di Indonesia Suka Pakai Cara Tradisional
Meski lebih suka memakai trik tradisional, hacker di Indonesia punya kemampuan yang cukup menakutkan bagi para pelaku industri perbankan.
Advertisement