Sukses

`Dibeking` Trend Micro, Smartphone Mito Diklaim Kebal Virus

Software keamanan Trend Micro diklaim mampu memblokir berbagai aplikasi, email, bahkan situs web yang berpotensi membahayakan perangkat.

Liputan6.com, Jakarta - Penetrasi ekosistem smartphone kian tumbuh pesat. Diprediksi akan ada 10 miliar perangkat terhubung dengan internet pada tahun 2020. Dengan kondisi ini, keamanan ekosistem perangkat mobile, khususnya yang berbasis Android pun semakin rentan diserang hacker.

Namun bagi Anda para pengguna perangkat mobile besutan vendor lokal Mito, permasalahan virus dan malware tak perlu dikhawatirkan lagi. Sebab, Mito telah bekerjasama dengan Trend Micro untuk mengamankan perangkat produksi mereka.

"Pesatnya pertumbuhan perangkat mobile berbasis Android beserta ekosistemnya menjadi perhatian serius hacker. Berbagai macam virus dan malware digunakan hacker untuk menyerang pengguna perangkat Android. Kabar terkini menyebutkan ada sekitar 3 miliar jenis ancaman berupa virus atau malware yang diciptakan untuk menyerang Android," ungkap Caroline Liem, perwakilan dari Trend Micro pada acara peluncuran seri smartphone Mito Fantasy Selfie 2 yang berlangsung Selasa (7/10/2014).

Lebih lanjut Caroline menjelaskan, aplikasi Android dan pesan email menjadi 'kendaraan' utama para hacker untuk mengakses sistem keamanan perangkat. Sejumlah aplikasi populer, seperti Flappy Bird kerap dimanfaatkan hacker sebagai kedok untuk membuat aplikasi palsu berisi malware.

"Pengguna tidak bisa disalahkan ketika mencoba mengunduh sebuah aplikasi populer palsu karena memang tidak mengetahuinya. Maka dari itu dibutuhkan perlindungan sebelum aplikasi tersebut diunduh ke dalam perangkat," lanjut Caroline.

Software keamanan Trend Micro yang disematkan secara preload di smartphone dan tablet Mito diklaim mampu memblokir berbagai aplikasi, pesan email, bahkan situs web yang berpotensi membahayakan perangkat.

Selain itu, software ini juga mampu mengamankan data pengguna perangkat yang disimpan di layanan penyimpanan berbasis cloud.

"Layanan cloud marak digunakan dan diakses para pengguna perangkat mobile. Beberapa kasus belakangan ini yang terjadi tidak menjamin nama besar penyelenggara layanan seperti Google atau Apple mampu terhindar dari serangan hacker," ujar Caroline.