Sukses

Pesan Teks Bisa Bantu Pasien Jantung dan Kolesterol

Penelitian ini berfungsi untuk mengetahui fungsi tambahan dari ponsel di bidang medis.

Liputan6.com, Sebuah penelitian menunjukkan bahwa sepertiga dari pasien yang diresepkan obat rutin untuk menurunkan tekanan darah maupun lipid mereka seringkali lupa membawa obatnya. Sebuah riset pun dilakukan untuk membuat para pasien lebih ingat soal obat yang wajib dibawanya.

Penelitian yang dilakukan tersebut menggunakan pesan teks yang dikirim kepada para pasien supaya lebih perhatian pada obat yang harus dikonsumsinya. Penelitian yang laporannya diterbitkan di jurnal PLoS One itu juga berfungsi supaya pasien ingat untuk meminum obat tepat waktu.

Dilansir Phone Arena, riset ini melibatkan 300 orang pasien yang memakai obat-obatan penurun tekanan darah dan kolesterol. Para pasien itu pun dibagi dalam dua kelompok, pertama kelompok penerima pesan pengingat dan kelompok lainnya tidak mendapatkan pesan pengingat.

Sebuah pesan dikirimkan ke kelompok pertama setiap hari selama dua minggu, kemudian dilanjutkan menjadi dua hari sekali selama dua minggu dan ada pula teks pengingat sekali dalam seminggu selama enam bulan. Pasien yang tidak membalas pesan yang dikirimkan ditelepon untuk melihat kepatuhan mereka akan pesan pengingatnya.

Hasilnya, kelompok yang tidak menerima pesan sebanyak 25%  atau kurang dari 80% berhenti meminum obat secara total. Sedangkan kelompok yang menerima pesan hanya 9% yang berhenti meminum obat-obatan mereka.

Penelitian ini sendiri bertujuan untuk mengetahui fungsi tambahan dari ponsel di bidang medis. Bagaimanapun, kalangan medis menilai bahwa meminum obat secara teratur bagi pasien dengan penyakit tertentu menjadi sebuah kewajiban agar mereka tetap dalam kondisi stabil dan sehat.

"Satu hal yang penting dan diabaikan dalam ilmu kedokteran ialah kegagalan membuat pasien mengonsumsi obat yang diresepkan karena lupa. Hasil uji coba ini menunjukkan bahwa pengingat pesan teks membantu mencegah hal ini dengan cara yang sederhana dan efektif," kata Dr. David Wald, dokter ahli jantung dari Queen Mary University.

(den/isk)

Video Terkini