Liputan6.com, Jakarta - Serangan besar-besaran hacker sukses memporak-porandakan sistem keamanan komputasi Sony Pictures. Peretasan ini sendiri ditengarai buah tangan kelompok hacker yang mengatasnamakan dirinya sebagai Guardian of Peace (GOP).
Menurut hasil investigasi Federal Bureau of Investigation (FBI), GOP adalah penjahat cyber 'kelas kakap'. Tak tanggung-tanggung total 100 terabytes data milik Sony Pictures berhasil dikuasai oleh GOP. Kondisi ini kabarnya membuat pihak Sony Pictures harus merugi hingga US$ 100 juta.Â
Kehebatan GOP juga terbukti dari jenis malware yang mereka gunakan untuk meretas sistem kemanan komputasi Sony Pictures.
Joseph Demarest, Assistant Director divisi cyber FBI kepada The Guardian menjelaskan bahwa malware yang diaplikasikan GOP mampu menembus hampir segala jenis sistem kemanan komputasi yang ada saat ini.
"Menurut hasil ujicoba provider keamanan digital Mandiant, malware yang digunakan (oleh GOP) mampu menembus sekitar 90% sistem pertahanan internet yang diadopsi perusahaan swasta dan pemerintah," papar Damarest seperti yang dikutip dari laman Business Insider.
Sebelumnya Kepala Peneliti Keamanan di Kaspersky Lab, Kurt Baumgartner, juga sudah menjelaskan jenis malware yang digunakan oleh GOP untuk menyerang Sony Pictures.
Baumgartner meneliti sampel malware pada sistem kemanan Sony Pictures, dan ditemukan sebuah malware yang dikenal dengan sebutan 'Trojan Destover'. Jenis malware ini diprogram dengan menggunakan bahasa Korea.
Baik FBI mau pun pihak Kaspersky Lab sama-sama setuju bahwa jenis malware ini sebelumnya sudah pernah digunakan untuk menyerang sejumlah perusahaan besar di Korea Selatan dan Timur Tengah.
Saudi Aramco, salah satu perusahaan minyak besar asal Arab Saudi juga pernah menjadi korban serangan malware serupa pada tahun 2012 lalu. Saat itu sekitar 30 ribu PC milik Saudi Aramco terinfeksi malware dan data-data penting perusahaan berhasil dicuri. (dhi/dew)
Ngeri! Ini Bukti Ketangguhan Hacker Sony Pictures
Malware yang digunakan untuk menyerang Sony Pictures mampu menembus sekitar 90% sistem kemanan komputasi yang ada saat ini.
Advertisement