Liputan6.com, Jakarta - Total ada sekitar 100 terabytes data rahasia perusahaan dan 3.200 email milik karyawan Sony Pictures yang kini dikuasi oleh kelompok hacker Guardian of Peace (GoP).
Menurut CEO Kaspersky Lab Eugene Kaspersky, ini adalah kasus kejahatan cyber terburuk dan merugikan yang pernah terjadi. Kaspersky juga mengatakan bahwa peretasan Sony Pictures adalah ancaman cyber pertama yang paling dipublikasikan secara global.
Salah satu hal yang membuat kasus peretasan Sony Pictures menjadi begitu berbahaya adalah 'terjepitnya' posisi para karyawan yang turut terseret menjadi korban. Bagaimana tidak? Dari berbagai data yang dikuasai hacker, mayoritas di antaranya adalah data privasi milik para karyawan.
Seorang karyawan di kantor pusat Sony Pictures yang tak disebutkan namanya menulis sebuah esai yang diterbitkan oleh Fortune. Ia mendeskripsikan bagaimana kondisi para karyawan setelah tahu bahwa perusahaan mereka diretas oleh kelompok hacker simpatisan Korea Utara (korut).
Panik dan bingung adalah dua kata yang paling tepat unduk mendeskripsikan kondisi para karyawan saat itu. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah beberapa poin penting dari esai yang dipublikasikan Fortune seperti yang dilansir laman Business Insider.
Selanjutnya
1. Serangan dimulai sejak penghujung November, namun para karyawan disebutkan baru benar-benar menyadari seberapa parah kondisi peretasan satu minggu setelahnya, atau sekitar tanggal 5 Desember. Saat itu para karyawan secara bersamaan langsung menelepon bank, jaminan sosial dan banyak lembaga lainnya untuk mengubah username dan password.
2. Sebagian besar karyawan Sony Pictures justru tahu perkembangan serangan hacker melalui situs-situs berita dan blog. Pihak manajemen perusahaan tidak memberikan banyak informasi.
3. Manajemen Sony akhirnya menawarkan prosedur keamanan untuk mencegah berbagai data privasi mereka dikuasai. Prosedur keamanan ini disebut 'All Clear ID'. Namun sayang banyak karyawan yang menganggap prosedur kemananan itu rumit dan bertele-tele. Padahal ada banyak sekali akun pribadi milik karyawan yang harus di selamatkan. Per orang diperkirakan harus merehabilitasi sekitar 30 akun, mulai dari email, Facebook, hingga paspor.
4. Mayoritas karyawan kecewa dengan cara manajemen Sony menghadapi serangan ini. Karyawan tidak dapat berharap banyak karena manajemen pun nampak panik dan frustasi. Tidak ada tindakan konkret seperti mendatangkan konsultan kemanan, atau usaha sejenis lainnya
5. Setelah kejadian ini, para karyawan seperti dilemahkan mentalnya. Tak sedikit yang stress karena terus-menerus khawatir ada orang di luar sana yang menguasai data-data privasi mereka. Karena kondisi seperti ini, kesehatan dan semangat kerja mayoritas karyawan runtuh.
(dhi/dew)
Advertisement