Sukses

`Perang Cyber AS-Korut Dipicu Film Komedi Murahan!`

AS dinilai terlalu gegabah jika dengan mudah mengamini hasil investigasi FBI yang menuduh Korut dibalik serangan cyber Sony Pictures.

Liputan6.com, Jakarta - Selama satu bulan lebih kasus peretasan Sony Pictures bergulir, pers Korea Selatan (Korsel) tidak terlalu banyak berkomentar. Mereka lebih memilih bungkam, dan membiarkan ketegangan antara negara tetangga -- sekaligus pesaing -- mereka, Korea Utara (Korut) dan Amerika Serikat berlarut-larut.

Namun belakangan akhirnya muncul sebuah artikel kontroversial yang ditulis oleh Bae Myung Bok untuk harian Joongang Ilbo. Pada artikel tersebut ia menuliskan, "Sebuah film komedi yang sangat buruk telah membuat hubungan Korut dan AS menegang."

Film komedi yang dimaksud sudah tentu adalah The Interview. The Interview adalah sebuah film komedi, yang dibintangi oleh James Franco dan Seth Rogen. Keduanya diceritakan melakukan perjalanan ke Korea Utara untuk mencoba membunuh Kim Jong-un.

Bok juga menambahkan, "Apa yang harus dilakukan AS saat ini adalah tenang dan kembali berpikir dengan benar dan bijaksana dalam memecahkan masalah, layaknya yang harus dilakukan oleh sebuah negara adidaya." Demikian seperti yang dikutip dari laman Business Insider, Rabu (24/12/2014).

Bok menilai AS terlalu gegabah jika dengan mudah mengamini hasil investigasi FBI yang menuduh Korut sebagai dalang dibalik serangan cyber Sony Pictures. FBI memang mengaku memiliki 'bukti', namun faktanya hingga kini belum benar-benar diungkapkan secara teknis, hanya sebatas teoritis.

Terlebih pada surat penyataan resmi FBI pun tidak digunakan kata 'bukti', melainkan 'informasi' yang dapat dipercaya.

Di samping itu, para pengamat dan ahli pun mengaku masih sulit untuk membuktikan secara otentik bahwa Korut adalah pelaku serangan cyber Sony Pictures.

2 dari 2 halaman

Cari uang, bukan aksi politis!

Apa yang diungkapkan oleh Bae Myung Bok secara garis besar senada dengan apa yang telah lebih dulu diutarakan oleh Kim Zetter, seorang jurnalis teknologi dari Wire Magazines.

Zetter menyimpulkan bahwa Guardian of Peace (GoP) adalah kelompok hacker pencari 'uang', bukan kelompok hacker yang bertindak atas dasar politis ataupun patriotis.

Pada artikelnya Zetter mengungkapkan bahwa kelompok hacker diisi oleh individu-individu yang sangat pintar. Mereka tidak akan dengan mudah memberikan petunjuk bagi lawannya.

Walaupun FBI sudah menemukan beberapa indikasi yang mengarah pada Korut, seperti malware yang diprogram dengan bahasa Korea atau jenis malware yang sama dengan yang digunakan Korut untuk menyerang Korsel, namun hal-hal tersebut menurut Zetter bisa saja hanya hasil manipulasi hacker.

Zetter meyakini jika kelompok hacker yang menyerang Sony Pictures ini sama dengan kelompok-kelompok hacker lainnya yang menyasar perusahaan besar. Kelompok hacker seperti ini mengejar materi.

(dhi/dew)

Video Terkini