Sukses

Pesawat AirAsia QZ8501 Sudah Adopsi Teknologi Canggih

Sistem navigasi pesawat Airbus A320-200 hampir sepenuhnya mengandalkan sistem navigasi digital.

Liputan6.com, Jakarta - Pesawat AirAsia QZ8501 yang hilang kontak sejak Minggu pagi 28 Desember kemarin akhirnya berhasil ditemukan. Puing-puing pesawat berikut sejumlah jenazah ditemukan mengambang di perairan sebelah selatan Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.

Hingga kini belum diketahui secara pasti apa musibah yang menimpa pesawat berisi 155 penumpang ditambah 7 awak maskapai penerbangan AirAsia tersebut. Cuaca buruk untuk sementara masih diyakini sebagai faktor utama penyebab kecelakaan AirAsia QZ8501.

Namun bila diperhatikan lebih lanjut, AirAsia QZ8501 merupakan pesawat Airbus A320-200 yang telah dibekali dengan sederet teknologi canggih. Persoalan cuaca buruk yang notabene kerap terjadi seharusnya mampu diatasi.

Menurut keterangan Airbus, pesawat AirAsia QZ8501 adalah seri A320-200 yang diproduksi pada bulan Oktober 2008. Pesawat seri ini digerakkan mesin ganda CFM 56-5B dengan lorong tunggal (single-aisle) dan dapat menampung hingga 180 tempat duduk penumpang.

Salah satu teknologi canggih yang telah diadopsi oleh pesawat Airbus A320-200 adalah sistem kontrol penerbangan fly-by-wire digital. Laman Indo-Aviation menjelaskan bahwa sistem kontrol ini menggantikan pengendalian penerbangan manual sebuah pesawat dengan antarmuka elektronik.

Lalu ada pula teknologi full authority digital engine control dan sidestick control. Di dalam kokpit pesawat, terdapat enam layar CRT multifungsi untuk menggantikan panel-panel analog.

Dengan kata lain, sistem navigasi pesawat Airbus A320-200 hampir sepenuhnya mengandalkan sistem navigasi digital. Selain mampu meminimalisir masalah teknis yang disebabkan oleh kelalaian manusia, sistem navigasi digital juga memudahkan monitoring kondisi pesawat selama melakukan penerbangan.

Selain itu, pesawat Airbus A320-200 juga didesain sedemikian rupa agar fungsi aerodinamisnya optimal guna menghemat penggunaan bahan bakar. Bahkan Airbus selaku pihak produsen pun membekali pesawatnya ini dengan tanki bahan bakar tambahan untuk penerbangan jarak jauh.

Lalu apa penyebab kecelekaan pesawat AirAsia QZ8501?

Sesaat sebelum hilang kontak, pilot sempat meminta izin kepada petugas ATC atau pengendali lalu lintas udara untuk berbelok ke kiri dan naik hingga ketinggian 38.000 kaki. Diduga permintaan si pilot itu untuk menghindari awan cumulonimbus yang tebal dan pekat.

Menurut pakar penerbangan internasional, Geoffrey Thomas, saat itu pilot diprediksi memperlambat kecepatan pesawat dalam upaya menghindari awan. Karena kecepatan melambat, kapal terbang mengalami aerodynamic stall yang membuatnya jatuh ke bawah.

"Kecepatan pesawat diperkirakan melambat hingga membuatnya terkena aerodynamic stall, seperti yang terjadi pada pesawat Air France AF447 pada 2009," ujar Thomas, seperti dimuat The Guardian. (dhi/dew)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.