Sukses

Waspada! Malware Penyandera Komputer Serang Indonesia

CTB Locker digunakan para hacker untuk 'menyendera' file penting korban, dan meminta tebusan uang.

Liputan6.com, Jakarta - Kabar buruk bagi para pengguna PC di wilayah Asia, termasuk Indonesia. Menurut laporan terbaru yang dirilis perusahaan software keamanan Trend Micro, serangan malware jenis 'Cryptolocker' telah merambah luas ke wilayah Asia setelah sebelumnya meneror para pengguna di Amerika Serikat, Timur Tengah dan Eropa.

Bagi Anda yang belum mengetahui, Cryptolocker adalah jenis malware varian 'ransomware' yang berfungsi untuk melakukan enkripsi pada sistem komputer atau file milik korban.

Dengan kata lain, malware ini dapat digunakan para hacker untuk 'menyendera' sistem komputer atau file penting di dalam database perangkat Anda. Setelah hal itu terjadi, sang hacker umumnya akan meminta tebusan uang untuk membebaskan kembali sistem atau file yang mereka sandera.

Trend Micro menjelaskan, malware Cryptolocker yang terdeteksi mulai menyerang wilayah asia adalah varian lama yang dikenal dengan sebutan Critroni atau Curve-Tor-Bitcoin (CTB) Locker.

Berikut sejumlah data dan fakta terkait malware CTB Locker menurut keterangan resmi yang dipublikasikan Trend Micro:

2 dari 2 halaman

NEXT

Apa yang membedakan CTB Locker dengan varian crypto-ransomware lainnya?

1. CTB Locker pada umumnya menodong korban untuk membayar sebesar 3 Bitcoins (USD 732,95).
2. Tidak membutuhkan Internet untuk melakukan enkripsi (penyanderaan) file; bahkan dapat tetap berfungsi meskipun tanpa koneksi.
3. CTB Locker diduga menawarkan dekripsi gratis ke korban untuk lima file, sebelum melanjutkan aksi pemerasan.
4. Memberlakukan perpanjangan tenggat waktu pembayaran tebusan (ransom) untuk file yang telah terenkripsi.
5. Ada berbagai pilihan bahasa pada pesan-pesan todongan yang dilancarkan ke korban.

Bagaimana korban bisa terinfeksi oleh CTB Locker?

1. Korban menerima spam bermuatan malware.
2. Malware tersebut kemudian akan mengunduh CTB Locker.
3. CTB Locker mengenkripsi file-file milik korban.
4. Korban ditodong untuk menebus dan diberikan tenggat waktu tertentu untuk membayar permintaan tebusan tersebut.
5. Korban diminta membayar dengan mata uang Bitcoin.

Alasan mengapa begitu banyak korban berjatuhan akibat insiden CTB Locker sangat beragam. Namun yang paling sering dijumpai adalah akibat rendahnya kesadaran pengguna saat merambahi situs, serta tidak adanya perlindungan berupa solusi keamanan (anti virus) yang diadopsi pada perangkat.

Berikut, daftar negara-negara di Asia dan Oeseania yang mulai merasakan dampak serangan CTB Locker: India, Thailand, Indonesia, Taiwan, Vietnam, Malaysia, Filipina, Australia, Hong Kong, Korea Selatan, Singapura, dan Selandia Baru.

(dhi/dew)