Liputan6.com, Jakarta- Informasi terkait penyadapan pengguna layanan telekomunikasi kembali muncul. Kabarnya, penyadapan terbaru ini dilakukan lembaga intelijen Amerika Serikat melalui kartu SIM buatan Gemalto.
Kabar yang diungkap Edward Snowden sebagai alumni National Security Agency (NSA), pemerintah Amerika Serikat disebutkan berhasil membobol sistem enskripsi yang disediakan Gemalto melalui lembaga tempatnya pernah bekerja.
"Penyadapan yang sekarang ini isunya berbeda dengan yang sebelumnya sempat beredar. Kalau dulu yang dicurigai disadap itu adalah jaringannya operator, kalau sekarang kan katanya di SIM-card," ungkap Nonot Harsono selaku Komisioner Badan Regulator Telekomunikasi Indonesia (BRTI).
Menurut Nonot, jika penyadapan dilakukan secara jarak jauh dengan memanfaatkan celah dalam kartu SIM, kemungkinan besar korban dari tindakan penyadapan itu ialah pengguna perangkat canggih, seperti smartphone atau tablet.
"Kalau sadapnya pakai celah yang ada di kartu SIM kemungkinan besar korbannya ya pengguna smartphone karena fiturnya lebih canggih kaya komputer gak kaya ponsel jadul. Tapi kita masih harus selidiki dulu untuk tahu hasilnya," tambah Nonot.
Nonot sendiri mengaku pihaknya telah melayangkan surat edaran untuk tiap operator. "Kita minta supaya tiap-tiap operator melaporkan jenis dan spesifikasi kartu SIM yang mereka pakai," tandas Nonot melalui saluran telepon.
Pemerintah melalui BRTI dijadwalkan mendapat surat hasil investigasi internal yang dilakukan operator telekomunikasi hari ini, Jumat (13/3/2015).
Seperti diketahui sebelumnya, mantan kontraktor NSA Edward Snowden mengungkapkan bahwa NSA telah menyadap para pengguna ponsel di Indonesia.
Tidak hanya tokoh politik atau pejabat negara yang disadap, tetapi juga para pelanggan telepon seluler dari dua operator ternama di Indonesia, diduga Telkomsel dan Indosat.
(den/isk)