Sukses

Selain untuk Perang, Nuklir Juga Bisa Atasi Krisis Air

Reaktor nuklir bisa lebih berperan dalam menunjang kehidupan manusia, termasuk menyediakan akses air bersih.

Liputan6.com, Moscow - Berbagai studi dan penelitian terkait pemanfaatan teknologi nuklir untuk tujuan kemanusia terus dilakukan di berbagai penjuru dunia.

Selain menjdi inovasi di bidang energi dan kesehatan, para peneliti nuklir di Rusia khususnya, kini terus mengembangkan energi nuklir untuk proses desalinasi yang diklaim sangat bermanfaat untuk mengatasi krisis air bersih yang sempat melanda beberapa negara di Afrika.

Direktur Departemen Bisnis Internasional Rosatom --badan usaha nuklir di bawah pemerintah Rusia-- Nikolay Drozdov mengungkapkan, saat ini para peneliti di Rosatom tengah mengembangkan penelitian bagaimana reaktor nuklir bisa lebih berperan dalam menunjang kehidupan manusia, termasuk menyediakan akses air bersih.

"Fasilitas ini diumumkan pada pertemuan ke-2 Rusatom Overseas Expert Council on Desalination awal bulan Juni ini. Perhatian khusus diberikan pada model bisnis fasilitas desalinasi ini, begitu pula dengan penilaian medis dan biologis atas kualitas air yang didesalinasi," ungkap Drozdov dalam Konferensi Nuklir Afrika yang berlangsung pada 18-19 Maret 2015 lalu di Afrika Selatan.

Sebuah data statistik mengungkapkan, dua miliar orang tak bisa memperoleh akses air bersih. Pada saat yang sama, populasi dunia justru tumbuh besar di negara-negara yang rawan terkena dampak kekurangan air bersih, terutama negara-negara di Afrika.

Teknologi yang dikembangkan Rosatom ini merupakan teknologi multiple effect distillation (MED) yang mengimplementasikan proses alami penguapan dan kondensasi air laut. Sama seperti teknologi desalinasi lainnya, teknologi MED membutuhkan energi yang besar, dan kestabilan operasi fasilitas desalinasi ini tergantung pada keamanan pasokan energi.

Sebelumnya, Rusia dan Mesir juga telah melakukan kerjasama pembangunan PLTN dengan fasilitas desalinasi yang bisa menghasilkan air bersih hingga lebih dari 170.000 meter kubik per hari dari satu unit PLTN. Penandatangan kerjasama ini dilakukan pada bulan Februari lalu.

Dengan demikian, sebuah kompleks PLTN tidak hanya terdiri dari reaktor nuklir pembangkit listrik, namun juga memiliki fasilitas lain yang bisa memberikan manfaat kepada masyarakat.

(dhi/isk)