Liputan6.com, Jakarta - Indonesia menjadi lahan yang sangat potensial bagi sektor bisnis jual beli online. Menurut hasil survei yang dilakukan Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII), total pengguna internet Tanah Air di tahun 2014 kemarin mencapai 88,1 juta.Â
Menariknya, Ketua Umum APJII, Samuel A Pangerapan, mengungkapkan bahwa 27% dari total 88,1 juta pengguna internet di Indonesia pernah berbelanja online.
"Jual beli online menjadi sektor yang sangat potensial. Kami mencatat, di tahun 2012 lalu saja, rata-rata tiap orang yang berbelanja online akan menghabiskan uang sebesar Rp 200-300. Sangat menarik, coba bayangkan potensinya," ujar Sammy --panggilan akrab Samuel.Â
Namun sayangnya, Sammy menjelaskan bahwa ekosistem ecommerce di Indonesia masih belum seutuhnya benar-benar ecommerce. Meski transaksi online bertumbuh pesat di Indonesia, namun metode pembayaran yang dilakukan masih terbilang kuno dan belum sesuai dengan semangat ecommerce yang sebenarnya.
"Di tahun 2014 kemarin kabarnya transaksi ecommerce mencapai US$ 15 miliar, tapi cara kerjanya belum benar-benar ecommerce. Hanya 0,01% yang transaksinya sudah menggunakan fasilitas payment gateway dan kartu kredit. Sisanya masih mengandalkan cara konvensional, transfer bank atau bahkan cash on delivery (COD)," kata Sammy.
Kondisi tersebut memperlihatkan bahwa pengguna internet Indonesia masih awam dalam hal ekosistem belanja online, khususnya metode pembayaran. "Cuma ada 15 juta warga Indonesia yang punya kartu kredit," papar Sammy.
Selain masalah keprcayaan dan kebiasaan, metode pembayaran via uang elektronik atau dikenal dengan sebutan e-money di Indonesia masih terganjal persoalan regulasi.
"Harus dibuat regulasi yang utuh, selain edukasi pada masyarakat. Sebetulnya masyarakat pasti mau menggunakan metode pembayaran apapun asal mereka dimudahkan. Seperti beli Ring Back Tone (RBT) dengan cara potong pulsa, masyarakat kan banyak yang suka, karena mudah," jelas Sammy.
(dhi/dew)
Orang Indonesia Doyan Belanja Online, Tapi Masih Awam
Metode pembayaran yang dilakukan masih terbilang kuno dan belum sesuai dengan semangat ecommerce yang sebenarnya.
Advertisement