Liputan6.com, Jakarta - Populasi perkotaan semakin meningkat memicu kota perlu memiliki sistem pengelolaan informasi terintegrasi untuk menciptakan keamanan kehidupan bekerja.
Salah satu konsep untuk mengintegrasikan sistem itu adalah melalui smart city. Sistem ini memberikan konsep digital city yang merupakan pengelolaan informasi terintegrasi guna menciptakan nilai dengan mengaplikasikan teknologi termutakhir untuk melakukan pencarian, pengaksesan, transfer, dan proses informasi.
Baca Juga
Konsep ini juga hadir melihat kondisi tuntutan populasi dan kualitas hidup perkotaan. Saat ini lebih dari 54 persen populasi dunia tinggal di perkotaan. Diperkirakan populasi itu meningkat hingga 66 persen pada 2050.
Advertisement
Hal itu akan menambah beban pada jaringan transportasi, layanan darurat, keamanan dan manfaat. Dengan konsep smart city, GM Solution Digital PT Huawei Tech Investment, Mohammad Rosidi menuturkan, jaringan transportasi, layanan darurat, populasi, transportasi akan terintegrasi.
"Konsep ini jadi memuat fitur untuk menunjang e-government, smart home, e-transportasi seperti e-ticketing, dan pengawasan melalui video surveilance," ujar Rosidi, Rabu (15/4/2015) di Jakarta.
Rosidi menekankan, konsep smart city tersebut dapat dibentuk juga ditunjang jumlah komunitas dan populasi di suatu area terutama daerah urban atau perkotaan.
Semakin populasi meningkat, maka kian dibutuhkan suatu sistem terintegrasi untuk menciptakan kemudahan dan keamanan. Konsep smart city ini memberikan solusi end to end mulai dari sebelum, selama, dan sesudah insiden.
"Semakin banyak orang, maka kian kompleks masalahnya. Maka ada cara solusinya dengan safe city, e-transportation, smart home, dan itu di bawah smart city yang memudahkan orang tinggal di daerah itu ," kata Rosidi.
Karena itu, Rosidi mengatakan, pembentukan smart city tersebut juga tergantung dari bagaimana pemerintah daerah mau serius untuk menciptakan kota yang lebih nyaman. Tak hanya itu tetapi juga pendukung infrastruktur sehingga dapat menciptakan unsur koneksi di sebuah kota agar smart city dapat berjalan.
"Ada LAN, xPON untuk fiber optic, wifi, LTE, dan lainnya," kata Rosidi.
Saat ini baru kota Bandung, Jawa Barat yang sudah menerapkan konsep smart city. Langkah ini juga dilakukan karena permintaan untuk mendukung pelaksanaan Konferensi Asia Afrika (KAA) 2015. Huawei pun bekerja sama dengan PT PINS Indonesia, anak perusahaan PT Telkom Indonesia untuk menyediakan solusi infrastruktur.
"Saat pelaksanaan KAA di Bandung nanti ada penggunaan video surveillance untuk monotoring, dan ada traffic control-nya. Saat momen KAA untuk monitor minimal dari jalan bandara," kata Rosidi.
Sebelumnya, menurut Komisioner Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI), Nonot Harsono, masih banyak orang yang menilai smart city itu sama dengan e-Government, padahal keduanya berupa konsep berbeda.
Smart city merupakan konsep pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi untuk semua sektor lebih luas dari sekadar e-Government.
"Smart city adalah konsep pemanfaatan ICT untuk semua kegiatan daerah, tidak hanya kegiatan pemerintahan lewat e-Government, namun mencakup banyak hal.
Misalnya sistem pengendali lampu lalu lintas, sistem perpakiran terpadu, sistem pengaturan listrik untuk public-utility, sistem pemantau polusi udara/lingkungan, dan sistem peringatan dini," jelas Nonot.
Nonot menilai, penerapan smart city didasarkan pada pertimbangan antara kebutuhan dan kelayakan, atau tingkat urgensi smart city di setiap daerah, sedangkan penerapan e-Government bergantung pada keputusan pimpinan daerah.
(Ahm/isk)