Liputan6.com, Jakarta - Emoji adalah emoticon yang sering digunakan oleh para pengguna aplikasi chatting seperti WhatsApp, BlackBerry Messenger atau Line. Emoji bahkan telah menjadi sebuah bahasa universal di ranah maya, dan mampu menggantikan posisi bahasa slang di internet.Â
Baru-baru ini, emoticon rupanya kerap digunakan sebagai wadah komunikasi para penggunanya untuk mencurahkan isi hati di dunia maya. Sebuah institusi pemerhati anak di negara Swedia, BRIS, mengungkap bahwa penggunaan Emoji sering digunakan oleh anak-anak yang mengalami tindak kekerasan oleh para orang tua.
Pihak BRIS pun akhirnya mengelompokkan beberapa emoticon curhat yang ada di dalam emoji ke dalam kategori `abuse Emoji`. Penggunaan abuse Emoji ini dikhususkan untuk menyemangati anak-anak untuk mengeluarkan unek-uneknya lewat jejaring sosial ketika mereka mengalami masalah keluarga.
"Anak-anak tidak boleh memendam masalahnya dan membiarkan diri mereka larut dalam kesedihan dan terdiam. Kita butuh cara baru agar mereka dapat melakukan sesuatu dimana mereka dapat mengungkap perasaannya lewat jejaring sosial agar pihak yang berkaitan tahu bahwa mereka sedang mengalami isu serius," tutur Silvia Ernhagen, juru bicara BRIS.
Menurutnya emoji merupakan salah satu cara paling alami bagi para anak dan remaja untuk mengekspresikan perasaan mereka. "Kami ingin menekankan kepada mereka bahwa tidak ada salahnya untuk menunjukkan sesuatu jika mereka sedang merasa tertekan atau mengalami masalah berat," tambahnya.
Penggunaan emoji sejatinya memang dipakai untuk mengekspresikan emosi senang dan bahagia, tidak sedikit pula anak-anak yang menggunakan emoticon tersebut untuk mengekspresikan kebahagiaan mereka.
(jek/dew)