Liputan6.com, Bali - Di tahun 2014, seluruh sektor industri elektronik di Indonesia mengalami keterpurukan karena kondisi ekonomi yang tidak stabil akibat beberapa hal.
Beberapa faktor yang mempengaruhi hal tersebut diantaranya adalah penurunan nilai rupiah, kenaikan tarif listrik, penerapan lebel Standar Nasional Indonesia (SNI), pengurangan subsidi BBM, dan lain sebagainya.
"Berdasarkan data dari lembaga riset GFK, hingga akhir November 2014, pasar bisnis elektronik di Indonesia hanya menyentuh angka Rp 36 triliun. Jika dibandingkan tahun sebelumnya, pasar elektronik Tanah Air mencapai Rp 37,7 triliun, kata Andry Ady Utomo, National & Sales General Manager PT Sharp Electronics Indonesia (SEID) di Westin Hotel, Nusa Dua, Bali.
Advertisement
Pun demikian, lanjut Andry, pada Desember 2014 angka penjualan Sharp mengalami peningkatan. Hingga akhir 2014, perusahaannya berhasil memperoleh market share sekitar 24 persen.
"Memasuki Juni 2015, kami optimis pasar elektronik Indonesia akan membaik. Ini adalah masa-masa recovery. Kami menargetkan pertumbuhan sebesar 115 persen di tahun ini,” paparnya.
Hingga akhir tahun ini, tambah Andry, Sharp menargetkan penjualan 1,5 juta unit lemari es serta masing-masing 1 juta unit mesin cuci, AC, dan LCD TV. Selain itu pihaknya juga menargetkan market share nomor dua di tahun ini dan menjadi nomor satu di 2016.
(isk/dhi)