Liputan6.com, Jakarta - Seperti yang telah diwartakan sebelumnya, hari ini, Selasa 30 Juni 2015 akan berbeda dengan hari-hari yang lain. Menurut para ilmuwan NASA, durasi waktu pada hari Selasa 30 Juni 2015 akan lebih lama 1 detik dibandingkan hari-hari lain akibat terjadinya lompatan detik kabisat kedua (leap second).
Bila dijelaskan secara sederhana kondisinya akan seperti berikut: Ketika memasuki pukul 23.59 malam nanti, pada detik berikutnya angka pada jam akan diatur sedemikian rupa untuk kembali menunjuk pada pukul 23.59, bukan beranjak ke pukul 24.00.
Hal ini diperlukan guna memastikan waktu pada jam atom tetap sesuai dengan dengan waktu rotasi bumi seperti yang telah melambat sekitar 1 per 2.000 detik tiap harinya.
Kondisi leap second ini diyakini akan mempengaruhi sistem komputasi dan server. Bahkan, tak sedikit yang mengatakan bahwa hari ini akan terjadi "kiamat internet" skala kecil, dikarenakan sistem operasional internet sangat mengandalkan penghitungan waktu pada server.
Baca juga:Â 30 Juni 2015 Kiamat Internet? Ini Penjelasan Ahli
Baca Juga
Tak hanya internet, leap second juga kemungkinan besar akan mempengaruhi sektor transportasi udara.
Namun, jangan paranoid dulu. Hal ini bukan berarti leap second akan membuat pesawat terbang yang tengah mengudara jatuh. Tentunya tidak seperti itu. Hanya saja, gangguan akan terjadi di sistem ticketing transportasi udara yang di era modern seperti sekarang ini sangat mengandalkan sistem komputasi.
Kondisi leap second seperti hari ini sebelumnya sudah pernah terjadi di tahun 2012. Kala itu, dampak lompatan detik kabisat menurut yang dilansir laman Telegraph, meluluh-lantakkan server milik sejumlah perusahaan teknologi penyedia layanan berbasis internet seperti Mozilla, Reddit, Foursquare, Yelp, LinkedIn, dan StumbleUpon.
Selain itu, di Australia, ada lebih dari 400 penerbangan maskapai Qantas yang mengandalkan sistem check-in otomatis berbasis sistem operasi Linux yang juga mengalami crash. Proses pemulihan sistem ini kabarnya tidaklah mudah, dibutuhkan waktu berhari-hari untuk kembali normal.
"Ada konsekuensi serius dari bermain-main dengan waktu. Detik kabisat sangat sulit diterapkan pada sistem komputer dan kesalahan penghitungan yang terjadi dapat menyebabkan kegagalan sistem yang cukup fatal," ujar peneliti senior dari Britain National Physical Laboratory (NPL), Peter Whibberley.
Advertisement
Namun begitu, untuk menghadapi leap second yang terjadi kali ini, sejumlah perusahaan teknologi besar mengaku sudah siap untuk menghadapinya.
Google contohnya, mereka mengaku telah melakukan penyesuaian waktu jam atom sejak tahun 2014 kemarin. Sehingga, sistem komputasi Google tidak akan kesulitan untuk menyesuaikan dengan lompatan detik kabisat kedua (leap second). Teknik ini dikenal dengan sebutan "leap smear".
"Kami memiliki cara cerdas untuk menangani detik kabisat. Daripada mengulang detik yang sama dua kali, kami telah menambahkan waktu sepersekian milidetik sejak tahun lalu," jelas insinyur Google, Nuh Maxwell dan Michael Rothwell pada blog resmi Google.
(dhi/isk)