Liputan6.com, Jakarta - Industri kreatif seperti aplikasi dan perangkat lunak (software) untuk smartphone buatan anak bangsa hingga saat ini masih kesulitan untuk bersaing dengan aplikasi dan software buatan negara lain.
Managing Director PT Gobsindo Utama, Sonny J Tendean, mengatakan sebenarnya dari segi kemampuan untuk mengembangkan sebuah aplikasi atau software tertentu, kemampuan sumber daya manusia (SDM) lokal tidak kalah dengan SDM di negara lain.
"Kalau kita lihat, kemampuan anak-anak bangsa sebenarnya tidak kalah dengan negara lain. Kita sudah mampu buat aplikasi-aplikasi sejenis," ujarnya di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Jumat (10/7/2015).
Kendati demikian, kemampuan tersebut sering tidak diimbangi dengan adanya dukungan modal yang kuat sehingga sulit untuk melakukan pengembangan dan bersaing dengan aplikasi dari negara lain.
"Resources mereka (asing) lebih kuat, capital-nya (modal) juga. Dan mereka juga kuat karena diberikan kesempatan (banyak digunakan) masyarakat global, termasuk di Indonesia," kata dia.
Menurut Sonny, jika ingin agar industri kreatif lokal semacam ini tumbuh dengan baik di negeri sendiri, pemerintah harus turun tangan. Bahkan dengan menerapkan apa yang dilakukan oleh pemerintah China selama ini yaitu melarang aplikasi dan software asing untuk masuk ke negaranya.
"Seperti di China, bisa tidak aplikasi seperti WhatsApp masuk China? Mereka gunakan WeChat. Kemudian untuk Google-nya mereka punya Baidu. Harusnya seperti itu kalau kita mau, tapi itu kan tergantung pemerintah," tandasnya lagi.
(sep/dew)
RI Harus Contoh China Agar Industri Aplikasi Lokal Tumbuh
Jika ingin agar industri kreatif lokal semacam ini tumbuh dengan baik di negeri sendiri, pemerintah harus turun tangan.
Advertisement