Liputan6.com, California - Tidak ada satupun yang dapat memperkirakan kapan terjadinya peristiwa berakhirnya Bumi di alam semesta.
Namun, sekelompok ilmuwan dari University’s Global Sustainability Institute mengungkap sebuah teori yang setidaknya dapat membuat manusia `lega`. Teori tersebut menjelaskan bahwa hari kiamat tidak akan terjadi hingga 50 tahun ke depan.
Kiamat di sini diartikan sebagai habisnya persediaan makanan di Bumi. Nantinya, tepat 50 tahun kemudian pada tahun 2100, Bumi akan benar-benar kehabisan persediaan makanan dan sumber daya esensial.Â
Anglia Ruskin, salah satu ilmuwan yang mengungkap teori ini, menjelaskan bahwa sangat mustahil bagi manusia untuk dapat bertahan hidup dengan kondisi seperti itu. Demikian dikutip laman Mirror, Senin (27/7/2015).
Pun begitu, banyak yang masih meragukan teori tersebut. Pada tahun 1970, terdapat teori serupa yang menjelaskan bahwa Bumi akan mengalami peristiwa kiamat pada tahun 2050, yang artinya pada saat itu kehidupan Bumi akan hancur dalam waktu 35 tahun lagi.
Awalnya, pada saat itu tim peneliti dapat menduga kapan terjadi kiamat dengan menggunakan sebuah program komputer dengan nama `World3`.
Program tersebut dapat mengumpulkan data dalam jumlah yang besar dan dapat memperkirakan kapan umat manusia bisa menghabiskan semua sumber daya Bumi yang terbatas.
Namun, sistem tersebut tidak dapat memperkirakan faktor lain, seperti apakah bisa manusia nantinya dapat melakukan penghematan energi sehingga dapat menciptakan lingkungan bebas polusi.
"Perlu disadari, masyarakat sudah mulai mengatasi beberapa masalah yang diuraikan sejak 1972. Tetapi, kita perlu belajar dari apa yang telah kita capai dan memfokuskan upaya agar dapat menghindari peristiwa tersebut dapat terjadi," ujar Aled Jones, penulis penelitian mengenai kiamat Bumi.
(jek/dew)
Â