Liputan6.com, Bogor - Para korban pornografi online tidak tertutup kemungkinan dapat berubah menjadi pelaku. Untuk mencegahnya, maka dibutuhkan kerjasama semua pihak mulai dari pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat, sektor swasta hingga keluarga.
Diungkapkan Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Maria Advianti, semua sektor harus bekerjasama membangun jaringan yang kuat untuk mengatasi ancaman-ancaman yang ada di internet, termasuk kekerasan, pornografi dan kejahatan.
"Semua pihak harus meningkatkan kesadaran kepada masyarakat mengenai bahaya yang mengancam anak-anak di internet. Jangan sampai mereka yang awalnya korban, akhirnya justru menjadi pelaku," kata Maria dalam acara Konsultasi Publik - Perlindungan Anak di Dunia Maya di kawasan Bogor, Kamis (17/9/2015).
Hal itu bisa saja terjadi karena menurut Maria, anak-anak tidak mendapatkan pemahaman yang benar saat mereka dan teman-temannya mengakses konten-konten negatif seperti pornografi di internet. Sehingga muncul kekhawatiran, anak-anak tersebut membuat pemahaman sendiri soal seksualitas yang tidak tepat.
"Informasi yang mereka dapatkan saat itu tidak utuh, ditambah lagi mereka jarang bertanya ke orangtua, kalau itu dibiarkan terus menerus, maka korban tadi bisa menjadi pelaku pornografi," katanya.
Karena itu, KPAI bersama ID-COP menghimbau pemerintah perlu melakukan upaya skala masif dengan memberikan edukasi agar anak-anak, orangtua, lembaga sekolah mengetahui dengan benar soal internet ramah anak.
"Sehingga anak-anak, orangtua dan lembaga sekolah, menjadi lebih paham dari sisi pencegahan soal ancaman-ancaman di internet," pungkas Maria.
(din/dhi)