Sukses

Ilmuwan Indonesia Ramai-ramai Ingin Jadi Penentu Teknologi 5G

Sejumlah ilmuwan Indonesia pun tergugah dan langsung menggeliat membentuk Forum 5G Indonesia atau (I5GF) sejak 1 Juli 2015.

Liputan6.com, Bali - Meskipun teknologi 4G baru saja diluncurkan di sejumlah kota besar di Indonesia, namun pembahasan soal teknologi konektivitas 5G sudah mulai ramai di sejumlah kalangan akademisi, industri, dan operator telekomunikasi dunia.

Sejumlah ilmuwan Indonesia pun tergugah dan langsung menggeliat membentuk Forum 5G Indonesia atau (I5GF) sejak 1 Juli 2015.

“Ini saatnya ilmuwan Indonesia membuat lompatan kuantum dengan menjadi penentu di teknologi 5G. Selama ini Indonesia hanya menjadi target pasar dan pengguna saja. Secara kemampuan SDM, Indonesia cukup mumpuni dan andal. Kita hanya butuh terorganisir dan saling sinergi satu sama lain,” kata Dr Sigit Puspito Wigati Jarot Ketua Forum 5G Indonesia di Legian, Bali melalui keterangan resminya, Senin (21/9/2015)..

Indonesia sebagai pasar terbesar ke-4 dunia dengan jumlah pelanggan komunikasi mobile mencapai 287 juta di tahun 2015 dan akan terus bertambah memang menduduki posisi yang signifikan dalam dunia teknologi komunikasi ke depan.

“Indonesia sepatutnya bisa menentukan standar teknologi 5G yang cocok dan sesuai kondisi serta karakter bangsa. Indonesia juga harus bersiap mengantisipasi standar dan frekuensi yang akan digunakan, termasuk aturan dan jenis perangkat yang akan membanjiri pasar ke depan,” tambah Sigit yang baru saja mewakili Forum 5G Indonesia menandatangi note kerjasama dengan Forum Mobile 5G Jepang (Japan 5GMF).

Kerjasama Forum 5G antara Indonesia dan Jepang ditandatangani di Legian Bali, Senin 21 September 2015. Sementara Forum 5G Jepang telah lebih dulu aktif dan diluncurkan sejak setahun lalu.

“Indonesia dan Jepang memiliki banyak kesamaan. Secara geografis, Jepang juga terdiri dari banyak pulau dan sering mengalami bencana alam seperti gempa bumi dan gunung meletus. Artinya kita memiliki tantangan yang mirip dan bisa saling bekerjasama,” kata Prof Susumu Yoshida, ketua Forum Mobile 5G Jepang.

Saat ini negeri sakura juga sedang melakukan sejumlah riset dan ujicoba. Mereka bahkan mencanangkan telah menggunakan teknologi 5G pada olimpiade musim panas yang akan digelar di Tokyo pada 2020.

“Kami berharap kerjasama dengan Indonesia yang memiliki banyak talenta SDM yang bagus, pasar yang luas, dan pengalaman yang beranekaragam dapat berjalan berkesinambungan,” kata Junichi Nakazawa, Direktur Divisi Land Mobile Kementerian Kominfo Jepang.

2 dari 3 halaman

Komitmen Pemerintah Indonesia

Komitmen Pemerintah Indonesia

Sebelumnya, bahkan penemu teknologi 4G adalah pakar teknologi asal Indonesia, Prof Khoirul Anwar yang hingga kini masih bekerja di Jepang. 

Sementara itu pemerintah Indonesia juga menyatakan komitmennya mamaksimalkan segala sumber daya yang dimiliki Indonesia untuk menguasai teknologi terkini dan masa depan.

“Kami menyadari bahwa peran pemerintah saja tidak cukup, perlu keterlibatan kalangan akademisi dan industri dalam menguasai teknologi masa depan. Skala bisnisnya sangat besar. Belanja pemerintah satu persen di bidang telekomunikasi saja itu bisa menaikkan pendapatan domestik bruto hingga 2-3 persen,” kata Dr Muhammad Budi Setiawan, M.Eng Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika.

Budi juga menambahkan kalo pemerintah akan responsif terkait penyiapan regulasi dan infratruktur yang akan digunakan untuk teknologi 5G. “Kita akan lihat respon pasar Indonesia dari peluncuran resmi teknologi 4G pada bulan Januari 2016. Sangat mungkin terjadi banyak kejutan dan perubahan bisnis model di Indonesia,” ungkap Budi.

3 dari 3 halaman

Paparan Para Pakar di CodeBali

Paparan Para Pakar di CodeBali

Saat ini di legian Bali pada 21-23 September 2015 digelar even CodeBali yang menyajikan paparan para pakar dunia di bidang teknologi 5G, sekuriti dunia internet, dan pembahasan pendekatan teori chaos untuk menjawab tantangan ke depan. 

Pada kesempatan ini juga digelar lomba menemukan kode-kode tersembunyi pada sebuah jaringan internet yang diikuti sejumlah kalangan baik dalam maupun luar negeri.

“Itulah mengapa kami gunakan istilah CodeBali. Kita semua harus mampu membaca kode-kode yang tersedia di alam dan kejadian yang hadir di sekeliling kita. Hal itu sebagai isyarat yang bisa dimanfaatkan untuk menjawab tantangan teknologi komunikasi dan sekuriti ke depan”, pungkas Rudi Lumanto Ketua Panitia CodeBali.

(isk/dhi)