Sukses

NASA Temukan Galaksi Raksasa Berusia 9 Miliar Tahun

Selain galaksi tua yang berumur 9 miliar tahun ini, terdapat pula objek lubang hitam raksasa berukuran 30 kali lebih besar dari biasanya

Liputan6.com, London - Anda pasti bisa membayangkan betapa megahnya galaksi Bima Sakti -- galaksi dimana kita hidup, yang merupakan gugusan kehidupan dari komponen bintang, planet, dan juga benda alam yang terkumpul dalam satu universe luas dan tak bisa diperkirakan dimana ujungnya.

Namun, ketika Anda melihat galaksi terbaru yang ditemukan oleh NASA yang satu ini, Anda mungkin tidak bisa berkata apa-apa lagi.

Baru-baru ini, peneliti NASA mendeteksi adanya sebuah tanda kehidupan pusat galaksi terbaru. Meskipun belum bisa dipastikan apakah memang benar galaksi, namun mereka memperkirakan `galaksi` ini diperkirakan jauh lebih besar dari yang sudah disebut-sebut di berbagai teori.

Berdasarkan informasi yang tim Tekno Liputan6.com kutip dari CNN, Selasa (29/9/2015), penelitian galaksi terbaru ini dilakukan oleh para peneliti yang juga merupakan astronom di Universitas Keele dan University of Central Lancashire, Inggris.

Para peneliti tersebut akan mempublikasikan temuan galaksi ini di dalam jurnal ilmiah Royal Astronomical Society. Galaksi `raksasa` ini mereka beri nama dengan codename `SAGE0536AGN`.

Galaksi ini sendiri ditemukan oleh teleskop antariksa milik NASA, Spitzer. Fakta menariknya lagi, para peneliti memperkirakan bahwa galaksi ini memiliki umur sembilan (9) miliar tahun.

Belum ada informasi lebih mendetil terkait temuan galaksi terbaru ini. Namun, NASA mengungkap bahwa sampai saat ini mereka baru bisa menangkap satu objek berupa black hole (lubang hitam) yang terdapat di galaksi raksasa itu.

Mereka mengukur kecepatan gas yang berpusar di sekeliling lubang hitam dengan menggunakan Southern African Large Telescope guna mengumpulkan data terkait ukuran lubang hitam tersebut. Setelah diteliti, ukuran lubang hitam itu memiliki ukuran 30 kali lebih besar dari ukuran yang seharusnya. Dengan kata lain, lubang hitam tersebut tidak `pas` berada di galaksi raksasa itu.

“Galaksi memiliki massa yang besar, begitu pula lubang hitam pada intinya. Tapi yang satu ini justru sungguh terlalu besar. Seharusnya tidak begitu,” kata Jacco van Loon, astrofisikawan di Universitas Keele dan penulis utama penelitian temuan galaksi raksasa.

Dijelaskan lebih lanjut, hal tersebut bisa terjadi karena kemungkinan lubang hitam yang bisa berkembang jauh lebih cepat dari galaksi yang mengelilinginya, atau bisa jadi karena pertumbuhan galaksi itu berhenti secara prematur.

Terkini, penelitian terkait SAGE0536AGN terus dilanjutkan. Apakah ini hanya fenomena berbeda yang kebetulan terjadi, atau memang jenis galaksi baru? Semua itu masih menjadi misteri.

(jek/isk)