Liputan6.com, Jakarta - Indonesia sedang berada dalam fase dimana kota-kota sekundernya menuju ke proses digitalisasi yang lebih luas dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang begitu masif.
Oleh karena itu, bertempat di JS Luwansa Hotel, Jakarta, Selasa (29/9/2015), Microsoft mengadakan Simposium Kota Sekunder Pintar atau lebih dikenal dengan nama CityNext Summit.
CityNext Summit merupakan bagian dari program CityNext, sebuah inisiatif global Microsoft yang melibatkan pemerintah, pebisnis, dan masyarakat untuk menciptakan kota-kota yang semakin maju, kompetitif baik secara ekonomi dan berkelanjutan dengan adanya dukungan teknologi.
Lewat studi yang dilakukan oleh peneliti dari Lee Kuan Yew School of Public Policy, National University of Singapore dan Universitas Gadjah Mada (UGM), terpilihlah 12 kota sekunder di Indonesia yang memiliki potensi untuk menjadi Smart City, kota yang mampu mengimplementasikan berbagai inovasi teknologi untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik dengan cara yang berbeda-beda.
Kedua belas kota tersebut melingkupi Medan, Palembang, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surakarta, Surabaya, Samarinda, Makassar, Denpasar, Ambon dan Jayapura.
Namun demikian, Dedy Permadi, peneliti dari National University of Singapore dan UGM mengatakan bahwa kedua belas kota sekunder di Indonesia ini masih menghadapi berbagai tantangan yang cukup signifikan terkait dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
Setidaknya, ia melanjutkan, terdapat tiga (3) tantangan yang dihadapi kota-kota tersebut agar bisa menjadi kota pintar dengan mobilitas dan dukungan teknologi yang berkecukupan.
“Masalah pertama adalah kurangnya kesadaran akan manfaat TIK, yang kedua disusul oleh keterbatasan anggaran, dan yang terakhir adalah keterbatasan kapasitas birokrat,” ungkap Dedy yang ditemui tim Tekno Liputan6.com di CityNext Summit 2015. Pun begitu, Dedy membeberkan solusi terkait tiga tantangan tersebut.
“Untuk mengatasinya, kami bisa melihat bahwa sosok kepemimpinan para pemimpin kota memiliki pengaruh yang signifikan untuk mendorong penerapan TIK dalam meningkatkan pelayanan publik di kota-kota Indonesia. Sebut saja Ridwan Kamil di Bandung, Risma di Surabaya, serta Danny di Makassar,” tutur Dedy.
"Selain itu, pembangunan infrastruktur dan kemitraan antara publik dan privat memiliki peranan penting untuk mendorong percepatan pembangunan kota sekunder menjadi Smart City,” tambahnya.
(jek/isk)
Ini 3 Tantangan 12 Kota di Indonesia Untuk Sabet Gelar Smart City
Tiga tantangan `berat` ini masih dialami kota-kota sekunder di Indonesia untuk bisa tumbuh menjadi Smart City.
Advertisement