Liputan6.com, Riyadh - Gembar-gembor Planet Mars kelak menjadi tempat persinggahan umat manusia di masa depan semakin beredar. Apalagi, usai ditemukannya bukti kandungan air yang terdapat di dalam permukaan Planet Merah tersebut. Seperti yang diketahui, baru-baru ini organisasi non profit bernama Mars One berencana mengirimkan beberapa astronot untuk terbang ke planet tersebut pada tahun 2025 mendatang.
Rencana Mars One untuk mengirimkan para astronotnya untuk `hinggap` di Mars rupanya ditentang oleh General Authority of Islamic Affairs and Endowment (GAIAE), sebuah lembaga otoritas pembuat fatwa di Uni Emirat Arab. Lembaga pemerintah tersebut langsung mengeluarkan sebuah fatwa yang melarang siapapun untuk menginjakkan kakinya di Mars. Mereka berdalih, upaya kolonialisasi manusia di Mars merupakan ide berbahaya.
Lebih lanjut diungkap, GAIAE memprediksikan bahwa para astronot tersebut, jika tetap pergi ke Mars, hidupnya akan berakhir dengan kematian yang sia-sia tanpa alasan yang benar.
Pergi ke Mars adalah Tindakan Bunuh Diri
Lembaga yang dipimpin oleh Profesor Dr Farooq Hamada tersebut menjelaskan bahwa larangan untuk tinggal pada planet di luar Bumi merupakan sebuah konsensus yang telah disepakati GAIAE. Mereka berpendapat, upaya manusia untuk tinggal di luar angkasa merupakan tindakan bunuh diri.
Namun, Mars One membantah apa yang telah dilontarkan GAIAE. Mereka menjelaskan bahwa misi tersebut tidak diciptakan untuk membunuh orang-orang. Mereka mengatakan, eksplorasi luar angakasa sama halnya dengan eksplorasi yang ada di Bumi, di mana dua-duanya pasti memiliki risiko. Mereka mengklaim, misi ini sudah terjamin keamanannya. Bahkan, sebelum mengirim para astronot, Mars One akan mengirim delapan kargo untuk mengeksplorasi Mars terlebih dahulu.
“Kendaraan tak berawak (robot) ini akan mengecek beberapa titik lokasi di Mars agar kondisinya layak huni. Material alami seperti air dan oksigen akan dibuat, diatur dan dipersiapkan oleh robot tersebut di satu pemukiman untuk ditempati manusia nanti,” tutur Mars One, sebagaimana dikutip dari Daily Mail, Senin (5/10/2015).
Lebih lanjut, Mars One menjelaskan bahwa robot-robot tersebut akan merampungkan hal tersebut dalam waktu dua tahun, yakni akan selesai di waktu para astronot meninggalkan Bumi menuju Mars.
Kendati demikian, Mars One tidak memandang pernyataan GAIE secara negatif. Mereka mengungkap, GAIAE berpendapat demikian karena mereka mungkin melihat infrastruktur pendukung Mars belum siap. Menurutnya, GAIAE seharusnya tidak terburu-buru dalam membuat fatwa larangan serta mempertimbangkan hal-hal yang telah diusahakan Mars One untuk membuat Planet tersebut aman untuk disinggahi.
Mars One dan Koloni 2025
Sekadar informasi, Mars One merupakan sebuah organisasi non profit domisili Belanda yang menggagas rencana konseptual untuk membangun koloni manusia permanen di Mars pada tahun 2025.
Diungkap, sekitar lebih dari 200 ribu orang, bahkan termasuk di antaranya 500 orang dari Arab Saudi, telah mendaftar untuk mengambil bagian dari misi besar-besaran ini. Tepat pada Desember lalu, Mars One telah memilih sekitar 1.058 orang untuk terlibat di dalam proyek antariksa ini.
Co-founder Mars One, Bas Lansdorp, mengatakan bahwa Mars One sangat menghargai banyaknya orang yang mengajukan lamaran ke sana untuk bisa berpartisipasi di proyek ini. Namun, organisasi tersebut tidak bisa memberangkatkan semua orang yang telah mendaftar. Oleh karena itu, mereka tetap memberikan seleksi yang ketat bagi calon `duta manusia` yang nantinya akan pergi ke Mars>
“Ada beberapa pelamar yang mengirimkan video mereka tidak berbusana kepada kami untuk menunjukan mereka tidak memiliki cacat fisik dan layak untuk pergi ke Mars,” kata Lansdorp.
Planet Mars merupakan planet yang memiliki jarak terdekat dengan Bumi. Planet yang memiliki bulan Phobos dan Deimos ini berjarak 141,6 juta mil dari Matahari dan memiliki suhu rata-rata -85F (-65C). Atmosfernya bahkan sangat tipis, sekitar satu persen dari tekanan bumi serta memiliki 95 persen karbon dioksida.
(jek/cas)
Advertisement