Liputan6.com, Jakarta - Setiap orang memiliki ciri khas masing-masing ketika membagikan foto-foto media sosia. Namun di Instagram, ternyata "seni" dari sebuah foto bukan inti dari layanan tersebut.
Chief Executive Officer (CEO) Instagram, Kevin Systrom, menuturkan bahwa ada orang-orang salah menilai ketika layanan tersebut baru dimulai. Orang-orang kala itu berpikir Instagram adalah berbagi soal "seni", tapi ternyata bukan itu intinya.
Saat Facebook membeli Instagram, kata Systrom, dia menegaskan bahwa Instagram bukan sebuah perusahaan berbagi foto. "Saya tidak melihat foto-foto yang ada di Instagram sebagai seni. Foto-foto itu justru lebih kepada sebuah komunikasi," tuturnya seperti dilansir Business Insider, Rabu (7/10/2015).
Jadi menurutnya, sebuah postingan yang bagus adalah apakah itu memperlihatkan perspektif yang benar-benar otentik atau tidak. Contohnya, kata Systrom, akun-akun di Instragram akan lebih baik jika menyuguhkan foto yang terpadu seperti menceritakan tentang kehidupan seseorang dan siapa mereka.
Foto-foto tersebut akan tetap bagus, dengan atau tanpa filter sekali pun. Salah satu akun yang disukai Systrom adalah milik Drew Kelly dari Korea Utara, yang mengunggah foto kehidupan sehari-hari di sana dengan objek orang-orang biasa dan melakukan berbagai hal biasa.
Mungkin tidak semua postingan Kelly masuk dalam kategori "terbaik". Tapi bagi Systrom, konsistensi perspektif pada setiap foto yang diunggah membuat Kelly berhasil mengomunikasikan budaya yang tak bisa dilihat semua orang.
Artinya, foto Kelly masuk dalam kategori 'sempurna' ala Systrom, karena berhasil mengomunikasikan perspektif secara konsisten.
(din/cas)
Foto 'Sempurna' Ala Bos Instagram
Foto artistik ternyata bukan inti dari Instagram, melainkan foto yang bisa menjadi "alat" komunikasi secara konsisten.
Advertisement