Sukses

Menguak Tabir Gumpalan Awan Gelap di Antariksa

Diungkap, gumpalan awan 'Nebula Coalsack' ini berada di konstelasi Crux, yakni berada di jarak sekitar 600 tahun cahaya dari Bumi.

Liputan6.com, Santiago - Luasnya antariksa tak akan indah tanpa sinar jutaan bintang yang menghampar jutaan mil jauhnya. Namun, tahukah Anda bahwa terdapat satu wilayah yang justru tidak dihuni oleh kumpulan bintang bercahaya?

Tim peneliti yang juga merupakan astronom dari European Southern Observatory (ESO), menemukan sebuah area di sudut antariksa bernama 'Nebula Coalsack' yang tidak dihiasi bintang sama sekali.

Mereka menyebut wilayah tersebut sebagai area gumpalan awan gelap, karena tidak setitik cahaya bintang pun ditemui di area sunyi senyap tersebut. Mengutip informasi laman Space, Jumat (23/10/2015), tim astronom ESO menemukan Nebula Coalsack dengan bantuan teleskop Wide Field Imager di La Silla, Chilie.

Diungkap, lokasi Nebula Coalsack berada di konstelasi Crux, yakni berada di jarak sekitar 600 tahun cahaya dari Bumi. ESO melaporkan, Nebula Coalsack justru menyembunyikan cahaya bintang yang berada di belakang dengan gumpalan awan gelap tersebut.

Nebula Coalsack (Doc: Space)

Dari gambar yang diperlihatkan ESO, Nebula Coalsack memiliki bentuk kumpulan debu dan gas antariksa dengan warna hitam pekat. Debu tersebut menyerap dan memecah cahaya bintang. Hal tersebut menjadikan area Coalsack menjadi begitu gelap.

"Coalsack melawan datangnya cahaya bintang. Karena itu, nebula ini mudah ditemui oleh orang-orang di belahan Bumi bagian selatan," tulis ESO di dalam pernyataan resminya.

Sebagai informasi, Nebula Coalsack pertama kali diamati oleh seorang astronom asal Spanyol, Vicente Yáñez pada 1499. Nebula ini juga disebut sebagai 'Black Magellanic Cloud' yang menjadi paling gelap dibandingkan dengan cahaya terang dari dua satelit galaksi Bimasakti, Magellanic Cloud. Namun, nebula ini hanya menjadi sebuah gumpalan awan gelap yang tidak termasuk ke dalam galaksi.

(Jek/Isk)*

Video Terkini