Liputan6.com, Jakarta - Server down kini menjadi momok menakutkan bagi para operator penyedia layanan ojek online berbasis aplikasi. Lonjakan jumlah pengemudi dan trafik orderan yang masuk tiap harinya membuat server kewalahan.
Go-Jek contohnya. Belakangan banyak pengguna meradang karena merasa sulit melakukan pemesanan, khususnya di jam-jam sibuk, pagi dan petang hari.
Tak hanya calon penumpang, para pengemudi pun ikutan jengkel karena mereka mengaku kerap mendapatkan order ganda. Yang artinya, satu orderan yang sama diambil oleh lebih dari satu pengemudi. Mau tidak mau, para pengemudi pun kerap saling berebut penumpang.
Berkaca dari sejumlah kasus yang terjadi pada pesaingnya, LadyJek selaku "anak baru" di bisnis ojek online pun menjadikannya sebagai pelajaran. CTO LadyJek, Andre Wijaya mengatakan bahwa pihaknya telah memiliki solusi yang dirasa sebagai jalan keluar terbaik untuk menghindari masalah overloading pada server.
"Server memang menjadi kendala utama di bisnis ini. Kita jadi sangat concern untuk urusan server. Kita lakukan perawatan dan pengawasan ketat," ujar Andre saat dihubungi, Kamis (22/10/2015).
Lebih lanjut ia menerangkan, "Sebagai solusi kita mainnya pakai server berbasis cloud (komputasi awan). Server cloud utamanya ada di Indonesia, sementara backup ada di luar negeri."
Dengan memanfaatkan teknologi cloud, Andre memaparkan, kemampuan server dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Server berbasis cloud juga dinilai lebih efisien.
"Pakai server cloud kita bisa sesuaikan dengan kebutuhan. Kalau dirasa kurang, ya kita tambah," ungkapnya.
Untuk membangun infrastruktur backend IT yang kuat, Andre mengaku pihaknya menggelontorkan investasi mencapai sekitar Rp 5 miliar. Mereka saat ini juga telah mempekerjakan 15 orang tenaga ahli di bidang IT untuk mengawal kinerja aplikasi beserta server.
(dhi/isk)