Liputan6.com, Serpong - Berbagai strategi tengah dipersiapkan Smartfren demi mendongkrak penetrasi layanan 4G-LTE Advanced di seluruh Indonesia. Selain layanan VoLTE (Voice over LTE) yang bakal hadir tahun depan, Smartfren juga menerapkan teknologi carrier agregation (CA) agar layanan internetnya lebih cepat.
Sekadar informasi, carrier agregation merupakan penggabungan dua frekuensi berbeda agar dapat berjalan bersamaan. Teknologi ini memungkinkan operator untuk memperoleh coverage sinyal yang lebih luas dan juga kecepatan internet yang tinggi.
Dalam hal ini, Smartfren menerapkan teknologi hybrid di frekuensi 850 MHz (Frequency Division Duplex/FDD) dan/atau 2.300 MHz (Time Division Duplex/TDD).
"Secara teoritis, dua frekuensi yang kami gunakan untuk menggelar jaringan 4G yang mampu menembus kecepatan hingga 165 Mbps. Pada tahun depan, kami akan menghadirkan kecepatan maksimal hingga 240 Mbps,” ujar Christian Daigneault, Chief Technology Officer Smartfren, saat kunjungan media ke Network Operation Center Smartfren di Serpong, Rabu (11/11/2015).
Munir Syahda Prabowo, Head of Network Special Project Smartfren, menambahkan bahwa kecepatan secara teoritis dapat berbeda dengan kondisi sebenarnya disebabkan beberapa faktor seperti jarak dengan stasiun pemancar (BTS) dan lalu lintas internet yang ada di sekitarnya.
Untuk itu, awak media pun diberi kesempatan untuk mengetes langsung, baik di dalam lab pengujian dan di kondisi yang sebenarnya. Ternyata hasil pengujian di laboratorium berhasil mencatat kecepatan hingga 167 Mbps. Lebih tinggi dibandingkan kecepatan maksimal yang dapat diperoleh secara teoritis.
Sementara, pengujian di kondisi sebenarnya dilakukan dari Jakarta menuju Bogor. Hasil pengujian mencatat nilai kecepatan maksimal mencapai sampai 80 Mbps. Hasil ini lebih baik dibandingkan pengujian memakai smartphone yang tak mendukung carrier aggregation, sebab kecepatan maksimal hanya 10-20 Mbps.
Hal ini demikian sebab teknologi carrier agregation baru diadopsi oleh beberapa pabrikan smartphone high-end besutannya. Salah satunya adalah Samsung Galaxy Note 4 dan Note 5, yang memerlukan chipset CAT 6. Namun, Munir optimistis bahwa ke depannya akan banyak pabrikan yang menggunakan teknologi itu.
"Teknologi carrier agregation memang bergantung pada kemampuan chipset. Saat ini, handset Smartfren sudah siap dengan teknologi itu dan nantinya semua handset juga akan pakai aggregator," Tutupnya.
(dam/cas)